SELAMAT DATANG DI BLOG MARGHARETA

SELAMAT DATANG DI BLOG MARGHARETA

Minggu, 21 Agustus 2011

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATERI MENGENAL PETA PROPINSI GORONTALO MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GOOGLE EARTH PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS I


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum sekolah dasar yang diajarkan mulai dari kelas I sampai kelas VI. IPS memuat tentang ilmu ilmu sosial yang pada hakekatnya menganjarkan anak didik agar memiliki rasa sosial tinggi dalam kehidupannya.
Melalui pembelajaran Ilmu sosial diharapkan siswa dapat mengetahui keragaman bangsanya, keragaman budayanya, sejarah bangsanya serta keadaan alamnya. Pembelajaran IPS dirancang untuk membimbing dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang terus menerus. Hal ini merupakan tantangan yang sangat berat mengingat masyarakat secara global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan yang dapat menunjang pengembangan kreatifitas guru dalam mengajar.
Pengembangan kreatifitas dan kemampuan guru ditujukan untuk menghindari permasalahan yang muncul dari diri siswa selama mengikuti pembelajaran IPS, karena melalui pembelajaran IPS ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional tentang gejala- gejala sosial serta perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia, baik di masa lampau dan masa kini maupun masa yang akan datang. Dalam pembelajaran IPS guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh antusias bagi siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran IPS yang menyenangkan guru harus didukung oleh alat belajar yang menarik minat belajar sehingga siswa tidak merasa bosan selama mengikuti pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh Samlawi Fakih (1992) bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang membosankan, oleh karena itu diperlukan media yang dapat menarik minat siswa untuk belajar.
Menyinggung tentang media pembelajaran kita harus menggunakan media pembelajaran tersebut dengan benar dan tepat untuk menunjang proses belajar mengajar yang dilaksanakan, dalam hal ini media yang tepat dapat merangsang siswa untuk lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan.
Menurut Gagne (dalam Amidun Rasyad dan Darhim, 1996 – 1997:97) “media adalah jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar“.
Belajar bukan saja melulu penerapan teori semata dan pembelajaran di ruang kelas, tetapi lebih dari itu belajar merupakan cara yang kompleks untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Oleh sebab itu, ketepatan memilih media pembelajaran merupakan faktor pendukung dalam sukses tidaknya guru mendidik murid menjadi generasi yang dapat diandalkan dan dibanggakan kelak.
Oleh karena itu guru harus menggunakan media pembelajaran yang tidak saja membuat porses pembelajaran menjadi menarik, tetapi juga memberikan ruang bagi murid untuk berkreasi dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek kognitif ,afektif dan psikomotorik murid pun dapat berkembang maksimal secara bersamaan tanpa mengalami pendistorsian salah satunya. Kenyataan apa yang menjadi harapan dan tujuan di atas belum sepenuhnya terpenuhi. Namun usaha ke arah itu senantiasa dilakukan oleh seluruh elemen pendidikan
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran akan menarik minat belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS. Dengan media yang menarik materi pelajaran akan mudah diserap oleh siswa, karena dengan menggunakan media dapat mempermudah pemahaman belajar anak dalam pencapaian tujuan pengajaran.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 30 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo,pembelajaran IPS belum sesuai diharapkan. Hal ini disebabkan oleh: 1).Kurangnya keterampilan guru dalam memilih media yang tepat dalam pembelajaran, 2).Kurangnya keterampilan guru untuk memanfaatkan media google earth. 3).Minat belajar siswa kurang atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu diperlukan alat atau media yang dapat menarik minat siswa.
Materi mengenal Peta adalah salah satu materi pada pelajaran IPS kelas IV semester II yang terdapat dalam KTSP, tetapi ternyata Guru dalam melaksanakan pembelajaran kebanyakan masih bersifat konvensional, artinya guru masih mendominasi jalannya pembelajaran dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal sehingga pembelajaran yang dilakukan cenderung kurang menarik siswa. Selain itu guru belum sepenuhnya memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kebanyakan masih menggunakan alat peraga standar/ yang manual seperti menggunakan peta, atlas atau globe (media 2 dimensi). Untuk mengatasi hal itu perlu diadakan uji coba menggunakan media pembelajaran yang baru yaitu melalui google earth.
Media pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah media yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran IPS terutama pada materi mengenal peta provinsi. Adapun media tersebut adalah media google earth.
Media google earth adalah media visual dari pada bentuk bumi yang ter up to date langsung dari internet. Dalam penggunaan media ini anak- anak perlu menguasai terlebih dahulu cara mengoperasikan komputer dan internet.
Harapan selanjutnya adalah ingin memperbaiki proses pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan alat peraga dan media baru yang up to date tanpa bermaksud mengesampingkan/ memandang sebelah mata media yang sudah ada. Diharapkan dengan menggunakan media baru Google Earth lebih mewarnai proses pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna, bergairah serta bernuansa PAKEM (Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Disisi lain siswa pun akhirnya akan lebih akrab dan lebih menguasai komputer dan internet, sehingga harapan kita pembelajaran berbasis IT dapat terwujud.
SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan adalah salah satu SD di Kota Gorontalo bahkan di Propinsi Gorontalo yang termasuk sekolah berstandar Internasional (SBI) dan didukung oleh fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium, IPA/ Matematika serta Laboratorium komputer yang dilengkapi oleh jaringan internet. Namun kenyataan pemanfaatan laboratorium komputer belum optimal atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan, karena penggunaannya terbatas pada pembelajaran komputer saja dan belum dijadikan sebagai media dalam pembelajaran yang lainnya seperti pada mata pelajaran IPS, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan guru memilih media yang tepat serta kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan media google earth, hal ini berpengaruh pada proses pembelajaran misalnya minat belajar siswa kurang, siswa merasa bosan/ tidak bergairah.
Berdasarkan uraian di atas maka saya untuk mengangkat permasalahan dengan judul ”Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Materi Mengenal Peta Propinsi Melalui Pemanfaatan Media Google Earth pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN No.30 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya keterampilan guru dalam memilih media yang tepat dalam pembelajaran
2. Guru belum memanfaatkan ataupun menggunakan media google earth
3. Minat belajar siswa kurang atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Pemanfaatan Laboratorium Komputer dan internet belum optimal.

1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penggunaan media google earth dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV khususnya materi Mengenal Peta Propinsi pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.

1.4. Cara Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap penggunaan google earth, langkah- langkah yang dilakukan peneliti dalam memecahkan masalah ini yaitu:
1. Merencanakan topik pembelajaran sesuai materi yang akan di ajarkan.
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran.
3. menyiapkan format penilaian/ pengamatan
4. mengecek keadaan fisik internet sebagai media pembelajaran
5. melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan media google earth
6. melakukan observasi dan memberikan pemantapan

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo khususnya pada materi mengenal peta propinsi.

1.6. Manfaat Penelitian
a).Untuk Sekolah:untuk bahan masukan agar dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dalam memperbaiki dan meningkatkan kreatifitas pembelajaran IPS melalui media berbasis IT. b).Untuk Guru :sebagai bahan masukan untuk mendapatkan pengetahuan dan teori baru tentang upaya meningkatkan minat siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui pemanfaatan media Google Earth bagi siswa kelas IV SDN No.30 Kecamatan Kota Selatan, khususnya materi mengenal peta provinsi dan materi lain yang berkaitan dengan Letak wilayah Indonesia. c).Untuk Siswa:dapat meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, serta keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.d).Bagi peneliti: Penelitian akan menambah pengalaman dan wawasan dalam menentukan cara yang dilakukan dalam kegiatan belajar IPS agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik.


BAB II
KAJAIN TEORITIS DAN
HIPOTESIS TINDAKAN

2.1. Hakikat Minat Belajar
2.1.1. Pengertian Minat
Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Dengan minat orang akan berusaha mencapai tujuannya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung untuk memperbaiki perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang. Maka ia tidak akan memiliki minat pada obyek tersebut.
Menurut Hilgart (dalam Romlah: 22) minat adalah kecenderungan yang taat untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan- kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.
Purbakawaca (dalam Nurkancana: 182) mengembangkan minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif menerima sesuatu dari luar. Pengertian minat tersebut mengandung arti bahwa minat melibatkan unsur batin atau jiwa yang memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas.
Dimiyati (1984: 22) menyebutkan minat adalah memuaskan kegiatan mental dan perhatian pada suatu obyek yang ada sangkut pautnya dengan keadaan individu. Manusia kan berbuat sesuatu apabila ia memenuhi minat terhadap kegiatan. Minat muncul apabila manusia menyukai sesuatu.
Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegaiatan itu.
Selain itu Crow and Crow mengemukakan juga bahwa minat erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif, dan reaksi emosional. Misalnya minat terhadap riset ilmiah, mekanika, atau mengajar bisa timbul dari tindakan atau dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu seseorang terhadap kegiatan tersebut.
Selanjutnya Skinner juga berpendapat bahwa minat sebagai motif yang menunjukkan arah perhatian individu terhadap obyek yang menarik atau menyenangkannya, maka ia cenderung akan berusaha aktif dengan obyek tersebut.
Sementara itu Dailer dan Sumartono (1983:224) berpendapat bahawa minat adalah psikis yang berkaitan dengan obyek atau menstimulir perasaan senang yang ada pada setiap individu.
1. Minat akan tumbuh apabila seseorang menyenangi sesuatu, minat diawali dengan perasaan senang terhadap sesuatu.
2. Minat merupakan dorongan yang menyebabkan timbulnya perhatian seseorang dan pemusatan pikiran.
Minat pada dasarnya adalah tindakan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri (internal) dan diluar diri (eksternal). Semakin besar hubungan tersebut semakin besar pula minat yang timbul.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah keinginan seseorang (individu) yang melibatkan unsur jiwa atau batin melakukan kegiatan (aktivitas) dengan senang serta penuh perhatian untuk mencapai tujuannya.
Selanjutnya Crow and Crow mengemukakan adapun yang menjadi tanda- tanda bahwa seseorang mencapai ke taraf ini antara lain adalah mau melakukan sesuatu atas prakarsa sendiri, melakukan sesuatu secara tekun, dengan ketelitian dan kedisiplinan yang tinggi. Melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya itu dimana saja, kapan saja, dan atas inisiatif sendiri.
Skinner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat siswa maka seorang pendidik harus dapat mengubah proses belajar yang membosankan menjadi pengalaman belajar yang menggairahkan. Caranya antara lain sebagai berikut:
1. Materi yang dipelajari haruslah menjadi menarik dan menimbulkan suasana yang baru, Misalnya dalam bentuk permainan, diskusi atau pemberian tugas di luar sekolah sebagai variasi kegiatan belajar.
2. Materi pelajaran menjadi lebih menarik apabila siswa mengetahui tujuan dari pelajaran itu.
3. Media yang menarik sesuai dengan materi yang diajarkan.
Ada dua aspek yang dikandung oleh minat antara lain aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mengandung pengertian bahwa minat selalu didahului oleh pengetahuan, pengetahuan, pemahaman dan konsep yang diperoleh dan dikembangkan dan pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek afektif menunjukkan pada derajat emosional yang dinyatakan dalam bentuk proses menilai untuk menentukan kegiatan yang disenangi. Jadi, suatu aktivitas bila disertai dengan minat individu yang kuat, maka ia akan mencurahkan perhatiannya dengan baik terhadap aktivitas tersebut.
Aspek minat manusia dalam mengikuti pembelajaran IPS sangat kuat, maka akan merupakan dasar pula untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, yang dapat memenuhi keinginan siswa untuk belajar disertai perhatian yang besar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Child (dalam Soekanto 1997:92) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perhatian siswa adalah minat. Stimulus yang sesuai dengan minatnya akan jelas lebih mudah menaruh perhatian.
Berdasarkan pendapat- pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat untuk mempelajari IPS merupakan faktor intern yang mendorong dan mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk merasa tertarik dan menunjukkan perhatian terhadap proses pembelajaran IPS.

2.1.2. Pengertian Belajar
Banyak ahli yang telah mencoba merasakan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Seringkali tafsiran tersebut berbeda antara satu sama lain. Dalam uraian ini dikemukakan beberapa rumusan para ahli untuk melengkapi dan memperluas pandangan tentang belajar. Sardiman (2004:2) mengatakan belajar adalah usaha mengubah tingkah laku. Arthur J. Gates dalam Fudyartanto (2002:150) menjelaskan bahawa belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan, selanjutnya Hamalik (1994:36) belajar adalah modifikasi atau mempengaruhi kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian ini belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan saja mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perbaikan kelakuan.
R.S. Chauhan belajar adalah membawa perubahan- perubahan dalam tingkah laku organisme. Sementara Morgan dalam Ngalin Purwanto (1998:84) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Witting dalam Muhibin Syah (1999:61), mengemukakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu orgasnisme sebagai pengalaman.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
Sejalan dengan perumusan di atas ada pula penafsiran lain tentang belajar yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya sebagaimana d alam teori konstruktivisme (Suceati 2005:33).

2.1.3. Pengertian Minat Belajar
Minat belajar siswa adalah model bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar dalam usaha mencapai perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksudkan adalah dari perilaku tidak tahu menjadi tahu dan dari perilaku tidak mengetahui menjadi perilaku mengetahui.
Minat pada umumnya sudah terdapat dalam diri seseorang. Akan tetapi biasanya minat juga dapat dipengaruhi oleh sesuatu yang berasal dari luar atau yang sering disebut motivasi atau dorongan. Jika minat yang terdapat dalam diri seseorang sudah cukup kuat, maka dorongan yang berasal dari luar relatif kurang diperlukan. Tetapi sebaliknya, jika seseorang kurang memiliki minat, maka diperlukan dorongan dari luar atau motivasi ekstrinsik yang relatif kuat.
Seseorang yang kehilangan minat dapat ditumbuhkan dengan memberikan rangsangan, baik yang bersifat hadiah maupun bimbingan yang dapat membangkitkan kesadaran akan kebutuhannya sendiri. Dalam kaitannya dengan pemberian motivasi inilah orang tua menduduki peranan yang sangat penting. Orang tua dapat meningkatkan atau menurunkan semangat atau minat belajar anak. Jika orang tua memberikan dorongan atau motivasi kepada anak, maka kemungkinan minat anak untuk belajar juga bertambah. Motivasi tersebut dapat berupa bimbingan belajar maupun pembinaan dan pengarahan atau bantuan moril agar anak menemukan jati dirinya, sehingga mereka akan melakukan aktivitas apa saja yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pribadinya.

2.1.4. Perlunya Minat Dalam Melakukan Aktivitas Belajar
Sering tidak disadari bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam aktivitas belajar. Minat merupakan unsur pendorong yang kuat yang sering menjadi alasan seseorang mengapa ia melakukan sesuatu. Di dalam belajar, minat sangat diperlukan. Sebab jika di dalam aktivitas belajar seseorang didasari oleh adanya minat maka akan menimbulkan suasana batin yang sangat kondusif dalam belajar.
Belajar akan selalu didukung oleh suasana kegembiraan, keikhlasan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa merasa terbebani oleh adanya kesulitan yang harus dipahami dalam pelajaran. Pendek kata bahwa seseorang yang penuh minat belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nurkancana (1986: 230) bahwa anak- anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minat. Hal yang sama dikemukakan pula oleh Usman (2001: 27) bahwa minat seseorang mau melakukan apa saja yang diminatinya.
Hal tersebut lebih ditegaskan lagi oleh James (dalam Usman, 2001: 2001: 27) bahwa minat merupakan faktor yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.

2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar erhadap sesuatu. Menurut Robert (dalam Syah, 2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor- faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berdasarkan hal ini faktor- faktor yang mempengaruhi minat dapat diklasifikasikan, antara lain: 1) Kemampuan dasar siswa; 2) strategi pembelajaran, dan 3) lingkungan keluarga.
1) Kemampuan Dasar.
Thorndike (dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan terjadi antara lain apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperanan penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pemahaman atau insight. Hilgara (dalam Sagala, 2008: 50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar dengan pemahaman yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Berbicara tentang kemampuan dasar juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern (dalam Djamarah, 2000: 57) mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan- bahan pikiran yang ada menurut tujuannya. Seseorang dikatakan intelegen, apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah. Ini berarti, seseorang yang sukar beradaptasi dan banyak mengalami masalah dikatakan tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan dasar yang dimiliki, siswa akan dengan mudah memiliki minat terhadap apa yang dipelajari.
2) Strategi Pembelajaran.
Kozna (dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Disisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1) menguraikan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/ atau digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan- tahapan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi arau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Memperhatikan pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-ara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik termasuk dalam menimbulkan minat dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
3) Lingkungan Keluarga.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi siswa. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai- nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Maslow (dalam Jusuf, 2006: 37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik- biologis maupun sosio- psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Minat merupakan aspek psikologisnya yang pembentukannya dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk itu, diharapkan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama banyak berperan dalam menimbulkan minat sebagai faktor yang menentukan dalam keberhasilan belajar.

2.1.6.Pentingnya Minat Belajar Dalam Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS yang memuat hal- hal pokok tentang kehidupan sosial, interaksi antara manusia dengan alam sekitar, memerlukan perhatian penuh dari siswa. Oleh karena itu dibutuhkan media yang tepat untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Media yang tepat adalah media yang disesuaikan dengan materi pelajaran, harusnya media itu sendiri merupakan komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Dengan ditumbuhkannya minat dalam pembelajaran, membuat siswa lebih aktif dalam belajar, memiliki sikap kreatif, serta sikap terbuka, cepat tanggap akan gejala alam, sosial budaya dan lingkungan secara positif.\
Sardiman (1989: 76) menjelaskan bahwa minat belajar adalah merupakan faktor psikis yang non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar. Satu hal yang hendaknya perlu diingat guru dalam pembelajaran adalah bahwa guru jangan bersifat menunggu sampai siswa memilih minat dalam belajar. Guru hendaknya mampu membangun dan mengembangkan minat siswa untuk mempelajari apa yang akan diajarkan melalui tugas, prosedur pembelajaran, peranan siswa dalam melakukan kegiatan belajar, serta iklim dan organisasi kelas.
Pembelajaran IPS pada prinsipnya membentuk siswa untuk berpikir rasional dan asosiatif. Dengan berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu, dan untuk berpikir asosiatif siswa perlu dibekali oleh pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar.

2.2. Hakekat Media Pembelajaran
2.2.1. Pengertian Media.
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan sebagai ‘perantara’ atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam batasan lain, media oleh AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) diartikan sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Fleming (1987:234) media sering diartikan sebagai alat yang turut campur tangan dalam mengatur hubungan antara kedua pihak (siswa dan isi bahan belajar). Sedangkan Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Jadi dapat diartikan secara umum bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses pembelajaran.
Media secara khusus diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaksud sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Media merupakan wahana penyuluh informasi belajar atau penyalur pesan berupa materi ajar oleh guru kepada siswa menjadi lebih dengan pembelajaran yang dilakukan. Media sengaja dilakukan dengan leluasa, akalanya kita harus membuat sendiri.
Menurut Rahadi Aristi ( 2004:7) “ Media umumnya adalah segala sesuatu yuang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Istilah media ini sangat popular dalam bidang komunikasi, proses belajar mengajara pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media dalam pembelajaran disebut sebagai media pembelajaran.
Untuk memberikan pembendaharaan Gariach dan Ely ( 1997: 17) membagi pengertian media dalam tiga hal pertama, media pengajaran meliputi orang, bahan atau kegiatan yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap. Kedua, bahwa media pengajaran hanya meliputi bahan, peralatan dan tehnik, ketiga arti media pengajaran lebih dikhususkan lagi, yaitu hanya Mencakup bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam suatu pengajaran.
Sementara itu, Martin R.Wong dan John D.Raulerson (dalam Al-Hakim 1983:17) menegaskan bahwa “ The Medium is we means or Hardware used to present stimulus information to the learner. (Media merupakan alat yang menghubungkan message pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap peserta didik.)
Sedangkan menurut MC Luchan (Dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1992:7) “ Media adalah membawa pesan berasal dari suatu sumber kepada penerima pesanan“. Selanjutnya menurut Asosiasi Teknologi dan komunikasi pendidikan (dalam Arie 1986:6)” Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Dengan memperhatikan definisi dari media di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa peranan media pendidikan adalah alat yang digunakan untuk menjembatani tujuan pengajaran yang ingin dicapai melalui sesuatu yang dianggap bisa memudahkan siswa dalam penerima pelajaran.

2.2.2. Fungsi Media Dalam Pembelajaran
Media pendidikan yang disebut Audio Visual Encyclomedia of education Reseach ( Dalam Muhamad,1992: 27) memiliki fungsi dan nilai sebagai berikut:
1) Meletakkan dasar- dasar kongkrit untuk berpikir
2) Memperbesar perhatian jiwa
3) Membuat pelajaran lebih mantap
4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran teratur dan kontinyu
6) Membantu tumbunhya pengertian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7) Sangat menarik minat siswa dalam belajar.

2.2.3. Manfaat Media dalam Pembelajaran
Manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiataaan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Tetapi secara khusus ada bebrerapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (Dalam Rahadi,2004: 13) mengidentiiifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diperagakan.
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda- beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam itu dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara beragam, setiap siswa melihat atau mendengarkan uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama seperti yang diterima siswa yang lain.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna baik secara alami, maupun manipulasi, materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap dan menarik siswa.
3) Proses pembelajaran lebih interaktif.
Jika dipilih dan dirancang secara baik meeedia dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selam proses pembelajaran. tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
4) Efisiensi dalam Waktu dan Tenaga.
Keluhan yang selama ini kiita dengar Dari guru adalah selalu kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum. Seringkali guru menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika guru dapat memanfatkan media secara maksimal. Misalnya, tanpa media seorang guru tentu saja akan menghabiskan waktunya untuk menjelaskan system peredaran darah manusia.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar.
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien tetapi juyga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh.
6) Media Memungkinkan.
Proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
Dengan memanfaatkan media secara lebih baik, seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran media. Dengan demikian guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek- aspek edukatif lainya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan memotivasi belajar.

2.2.4. Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
Telah diuraikan sebelumnya bahwa pembelajaran seharusnya dipilih secara sistematis, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Ada tiga hal pokok dalam prosedur penggunaan media yang perlu diketahui yaitu sebagai berikut :
1) Persiapan
Langkah ini dilakukan sebelum menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan media dapat dipersiapkan dengan baik, yaitu buku pelajaran, buku petunjuk atau bahan penunjang lainya. Kemudian diikuti petunjuk didalamnya, siapkan pelajaran yang diperlukan untuk menggunakan media yang dimaksud, tetapkan apakah media tersebut digunakan secara individual atau kelompok, yakni bahwa semua peserta dapat melihat, mendengar pesan- pesan pengajaran yang baik.
2) Pelaksanaan
Satu hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan media pengajaran yaitu, hindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu ketenangan,perhatian dan konsentrasi peserta.
3) Tindak lanjut
Kegiatan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman peserta didik terhadap pokok- pokok materi atau pesan pengajaran yang hendak disampaikan melalui media tersebut, selanjutnya pada beberapa media dilengkapi dengan evaluasi maka langkah ini dimaksud pula untuk melihat tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan, karena tindak lanjut ini ditandai dengan kegiatan diskusi, tes, percobaan, observasi, latihan, remediasi dan pengayaan.
Dengan media, kesulitan tersebut bisa diatasi dengan cara: Memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, pemanfaatan media pengajaran bisa meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan gairah siswa dalam kegiatan pembelajaran. Mengapa media mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan gairah siswa dalam kegiatan pembelajaran? Nana (2007), mengemukakan media dapat meningkatkan gairah belajar siswa
1) Kegiatan pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan minat siswa
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas dan bermakna sehingga lebih mudah dipahami siswa dan memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, bukan hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata- kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kecakepan dalam mengajar.
4) Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktifitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
5) Taraf berfikir siswa akan meningkat sesuai dengan tahap perkembangan kognitif, yang dimulai dari berfikir kongkret menuju ke abstrak, di mulai dari taraf berfikir sederhana menuju berfikir kompleks. Misalnya penggunaan peta dan globe dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada dasarnya merupakan penyederhaan dan pengkongkretan dari konsep geografi, sehingga bumi ini dapat dipelajari dengan wujud yang jelas.
Selanjutnya Nan mengemukakan bahwa beberapa hasil penelitian juga menyimpulkan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan media pembelajaran. Hasil penelitian tersebut menyarankan pentingnya penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.


2.2.5. Karakteristik Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki jenis- jenis dan beraneka macamnya. Untuk mengefektifkan pemanfaatan media, perlu diusahakan klasifikasi dan pengelompokan berdasarkan maksud dan tujuannya.
Karakteristik juga dapat dilihat dari kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan maupun penciuman. Karakteristik media, menurut Kemp (1975) merupakan dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Karakteristik atau ciri- ciri media pembelajaran merupakan salah satu dasar dalam menentukan strategi pembelajaran.

2.2.6. Jenis- Jenis Media Pembelajaran
Pengelompokan berbagai jenis media dilihat dari segi perkembangan teknologi, menurut Seels & Glasgow (1990) dibagi ke dalam dua kategori, yaitu media tradisional dan media teknologi mutakhir.
1. Media Tradisional
1) Visual diam yang diprayeksikan : proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides dan film strips
2) Visual yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram dan pameran, papan info, papan tempel
3) Audio: rekaman piringan, pita kaset
4) Penyajian multimedia : slide plus suara, multi image
5) Visual dinamis yang diproyeksikan : film, televisi, video
6) Cetak: buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah dan handout
7) Permainan: teka-teki, simulasi, permainan papan
8) Realita: model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka)

2. Media teknologi Mutakhir
1) Media berbasis telekomunikasi: telekonferen, kuliah jarak jauh
2) Media berbasis mikroprosesor: computer assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia dan compact (video) disc.
2.2.7. Kriteria- Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Pengembangan media harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Pemilihan media sebaiknya tidak lepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan.
Menurut Dick dan Carey (1978) ada empat faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran, yaitu:
1) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media tidak terdapat pada sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri.
2) Ketersediaan dana untuk membeli atau memproduksi sendiri, artinya apabila membeli atau memproduksi sendiri, apakah ada dana, tenaga dan fasilitasnya?.
3) Keluwesan dan kepraktisan serta ketahanan media, artinya media bisa digunakan dimanapun, dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.
4) Efektifitas biaya dalam jangkauan waktu. Ada jenis media yang biaya produksinya mahal, namun pemanfaatannya stabil dalam jangka panjang. Misalnya film bingkai, transparan OHP, media ini lebih tahan lama dalam pemakainannya, bila dibanding brosur yang setiap kali sering merubah materi sehingga biaya pembuatannya lebih mahal.
Selain itu, pertimbangan dalam pemilihan media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan kriteria- kriteria sebagai berikut: (Nana, 2009:4)
1) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran.
2) Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran
3) Kemudahan dalam memperoleh media
4) Keterampilan guru dalam menggunakannya
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya
6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Dengan kriteria di atas, guru dapat dengan mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas- tugasnya sebagai pengajar. Pada dasarnya kehadiran media bermaksud untuk mempermudah tugas guru, bukan sebaliknya, karena apabila dipaksakan justru mempersulit tugas guru dalam menyampaikan pesan pada proses pembelajaran.

2.2.8. Pengembangan Media Pembelajaran
Dalam merencanakan pengembangan media pembelajaran, seorang guru perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
1) Analisis kebutuhan dan karaktersitik siswa adalah kesenjangan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa yang kita inginkan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa sekarang
2) Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran akan memberi arah dan pedoman serta tindakan dalam melakukan aktifitas proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus terencana dengan jelas sehingga bisa menjadi panduan aktifitas dalam mencapainya. Untuk dapat mengembangkan materi pelajaran yang mendukung pencapaian tujuan maka tujuan yang telah dirumuskan harus di analisis lebih lanjut.
3) Materi pembelajaran yang akan disampaikan harus dikembangkan dari tujuan pembelajaran yang telah di analisis sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran perlu direncanakan alat pengukur keberhasilan yang telah direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
4) Alat pengukur keberhasilan belajar siswa perlu dirancang secara seksama dengan validitas yang telah teruji dan meliputi kemampuan yang komprehensif.

2.3. Google earth
2.3.1. Pengertian Gogle Earth
Google Earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc (dalam hengky Alexander.2009). Program ini memetakan bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi udara dan globe GIS 3D. Tersedia dalam tiga lisensi berbeda: Google Earth, sebuah versi gratis dengan kemampuan terbatas; Google Earth Plus ($20), yang memiliki fitur tambahan; dan Google Earth Pro ($400 per tahun), yang digunakan untuk penggunaan komersial. Produk ini, kemudian diganti namanya menjadi Google Earth tahun 2005, dan sekarang tersedia untuk komputer pribadi yang menjalankan Microsoft Windows 2000, XP, atau Vista, Mac OS X 10.3.9 dan ke atas, Linux (diluncurkan tanggal 12 Juni 2006) dan FreeBSD. Dengan tambahan untuk peluncuran sebuah klien berbasis update Keyhole, Google juga menambah pemetaan dari basis datanya ke perangkat lunak pemetaan berbasis web. Peluncuran Google Earth menyebabkan sebuah peningkatan lebih pada cakupan media mengenai globe virtual antara tahun 2005 dan 2006, menarik perhatian publik mengenai teknologi dan aplikasi geospasial.
Globa virtual memperlihatkan rumah, warna mobil, dan bahkan bayangan orang dan rambu jalan. Resolusi yang tersedia tergantung pada tempat yang dituju, tetapi kebanyakan daerah (kecuali beberapa pulau) dicakup dalam resolusi 15 meter. Las Vegas, Nevada dan Cambridge, Massachusetts memiliki resolusi tertinggi, pada ketinggian 15 cm (6 inci). Google Earth membolehkan pengguna mencari alamat (untuk beberapa negara), memasukkan koordinat, atau menggunakan mouse untuk mencari lokasi.
Banyak orang yang menggunakan aplikasi ini menambah datanya sendiri dan menjadikan mereka tersedia melalui sumber yang berbeda, seperti blog. Google Earth mampu menunjukkan semua gambar permukaan Bumi. dan juga merupakan sebuah klien Web Map Service. Google Earth mendukung pengelolaan data Geospasial tiga dimensi melalui Keyhole Markup Language (KML).
Google Earth memiliki kemampuan untuk memperlihatkan bangunan dan struktur (seperti jembatan) 3D, yang meliputi buatan pengguna yang menggunakan SketchUp, sebuah program pemodelan 3D. Google Earth versi lama (sebelum Versi 4), bangunan 3D terbatas pada beberapa kota, dan memiliki pemunculan yang buruk tanpa tekstur apapun. Banyak bangunan dan struktur di seluruh dunia memiliki detil 3D-nya; seperti di negara Amerika Serikat, Britania Raya, Irlandia, India, Jepang, Jerman, Kanada, Pakistan dan kota Amsterdam dan Alexandria. Bulan Agustus 2007, Hamburg menjadi kota pertama yang seluruhnya ditampilkan dalam bentuk 3D. Pemunculan tiga dimensi itu tersedia untuk beberapa bangunan dan struktur di seluruh dunia melalui Gudang 3D Google dan situs web lainnya.

2.3.2. Keunggulan dan Kekurangan Media Google Earth
Dalam Rachmad Widodo 2010, google earth terdapat keunggulan dan kekurangan yakni sebagai berikut:
1) Keunggulan
Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media google earth bagi pendidikan. Bahkan sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum.
Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman modern ini diperolehnya melalui google earth. Siswa dapat melihat secara detail letak bumi mulai dari selatan sampai utara, dan dari timur ke barat. Siswa juga dapat dengan mudah melihat letak wilayah, benua, samudra dan lain- lain.
2) Kekurangan
Adapun yang menjadi kekurangan dalam penggunaan media google earth ini adalah, belum adanya jaringan internet, biasanya media google earth hanya ada pada sekolah- sekolah yang memiliki laboratorium komputer. Media google earth penyediaanya terbatas di sekolah.

2.3.3. Cara Penggunaan Media Gogle Earth
Agus Wandi dalam situsnya mengatakan bahwa kita menggunakan Google Earth versi terbaru paling tidak versi 4 yang langkah- langkahnya sebagai berikut
1. Buka Google Earth dan cari lokasi peta yang akan di overlay dalam contoh ini ketik “Gorontalo” kemudian perbesar area tersebut.
2. Klik tombol “Add Image Overlay”. Kemudian akan ditampilkan kotak dialog Image Overlay
3. Beri nama image overlay dengan nama “Gorontalo” kemudian klik tombol Browser. Arahkan kemana lokasi file image kemudian kita simpan di komputer kita.
4. Langkah selanjutnya adalah melakukan georeference pada file image yang kita gunakan Klik location kemudian gunakan dari Drag Marker disekitar gambar dengan memasukan secara manual koordinat untuk Utara, Selatan, Timur dan Barat. Untuk itu kita harus mengetahui koordinat boundary untuk setiap gambar yang di import ke Google Earth sehingga akan didapatkan gambar georeference yang benar.
5. Pada Kotak dialog diatas kita melihat ada beberapa item tab seperti View, Altitude, dan Refresh. Sebagai gambaran akan dijelaskan disini bahwa Refresh tab digunakan untuk menentukan overlay gambar secara otomatis berdasarkan tampilan gambar terakhir. Tools ini digunakan untuk gambar yang dilakukan updating secara frekuentitatif. Tab altitude digunakan untuk menampilkan gambar sebagai jarak diatas sebuah permukaan untuk situasi dimana kita menginginkan sebuah gambar tampil di permukaan. Tap View digunakna untuk menentukan property kamera untuk mendapatkan tampilan 3D.
6. Sekarang kita telah menentukan posisi gambar yang dimiliki dan akan mendapatkan tampilan pada Google Earth.
7. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengubah tampilan. Pertama kita bisa menentukan nilai transparansi dari image yang digunakan sehingga kita dapat melihat dengan jelas underlying antara terrain dengan data vector. Image yang digunakan sekarang sudah di set transparan. Kita harus sering mencoba tombol setting transparansinya sampai kita menemukan setingan tampilan yang terbaik. Sebagai catatan disaat kita menggerakkan tombol setting transparannya maka underlaying terrain menjadi visible.
8. Akhirnya coba tampilanya untuk mendapatkan orientasi tampilan yang lebih baik. Gunakan Tools Navigasi yang diberikan oleh Google Earth untuk mendapatkan tampilan yang lebih baik.

2.4. Hipotesis Tindakan
Yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika dalam pembelajaran IPS khususnya materi mengenal peta propinsi diajarkan dengan menggunakan media google earth maka minat belajar siswa kelas VI SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan akan meningkat”.

2.5. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah: Jika aktivitas belajar mencapai 65% dan minat belajar siswa yang dikenai tindakan memperoleh daya serap 75% keatas selama proses pembelajaran.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Latar dan Karakteristik Subyek Penelitian
3.1.1 Latar Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini di laksanakan di SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Lokasi SDN No. 30 ini terletak di Kecamatan Kota selatan Kota Gorontalo. Sekolah ini berdiri pada tahun 1961, sekolah ini pula mempunyai 22 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruangan dewan guru, 1 perpustakaan, 1 ruang laboratorium bahasa, 1 ruangan laboratorium komputer,1 laboratorium IPA dan ruang UKS serta 1 fasilitas perumahan untuk kepala sekolah. SDN ini berbentuk huruf U yang di sebelah utara terdapat gedung bertingkat. Sekolah ini dibangun pada lahan seluas 6.520 M² yang difasilitasi dengan lapangan voly, lapangan bulu tangkis, lapangan basket, lapangan takraw dan aula, kononnya dahulu sekolah ini terdiri dari dua sekolah yang digabungkan menjadi satu. Banyaknya guru yang ada di sekolah ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari PNS 35 orang, sedangkan guru honor dan tenaga administrasi berjumlah 5 orang. Dengan tenaga pendidik yang profesional dan fasilitas sekolah yang memadai, sekolah ini adalah salah satu sekolah di Kota gorontalo bahkan di Propinsi Gorontalo yang termasuk Sekolah Berstandar Internasional ( SBI ). Adapun keadaan guru, dan tenaga administarasi SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Gorontalo dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


3.1.2. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SDN No.30 Kecamatan Kota selatan yang terletak jumlah siswa SDN No. 30 adalah 610 orang, laki- laki berjumlah 307 orang sisiwa sedangkan perempuan 306 orang siswa. Sedangkan yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI berjumlah 24 yang terdiri dari 12 siswa laki- laki dan 12 siswa perempuan dengan kemampuan belajar yang bervariasi dan latar belakang ekonomi yang beragam pula. Adapun keadaan siswa SDN No. 30 Kota Selatan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Keadaan Siswa SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan
NO KELAS L P JUMLAH
1 I ˡ 16 12 28
2 I ² 14 11 25
3 I ³ 12 13 25
4 I 4 15 11 26
5 II ˡ 18 17 35
6 II ² 15 17 32
7 II ³ 17 16 33
8 III ˡ 12 15 27
9 III ² 15 11 26
10 III ³ 11 14 25
11 III 4 14 11 25
12 IV ˡ 12 12 24
13 IV ² 10 16 26
14 IV ³ 12 13 25
15 IV 4 13 12 25
16 V ˡ 15 11 26
17 V ² 13 13 26
18 V ³ 11 14 25
19 V 4 12 13 25
20 VI ˡ 16 17 33
21 VI ² 14 21 35
22 VI ³ 17 17 34
JUMLAH 307 306 610
Sumber data SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Gorontalo tahun 2011
-


3.2. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran IPS. Adapun langkah- langkah yang dilakukan untuk tiap siklus pembelajaran dalam prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini pneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mendiskusikan dengan guru mata pelajaran IPS tentang permasalahan pembelajaran dan tindakan yang direncanakan, serta meminta kesediaan guru mata pelajaran IPS untuk menjadi mitra dalam pelaksanaan tindakan.
b) Menyusun perangkat pembelajaran berupa rencana pembelajaran yang disetting sebagai PTK, bahan pengajaran yang akan diberikan, menyiapkan media pembelajaran pendukung, bahan tugas untuk siswa, kisi- kisi soal, alat evaluasi serta menyusun alat evaluasi bersama guru mitra.
c) Menyusun lembar kerja sisiwa bersama guru.
d) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru bersama guru mitra.

b. Tahap Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran IPS. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

Pertemuan pertama
Dalam pertemuan ini membahas materi tentang mengenal peta dengan urutan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa “apakah telah mengenal internet” sebagai prasayarat untuk dapat mengikuti pembehasan materi mengenal peta melalui media google earth,
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan melakukan demonstrasi mengenal peta melalui media google earth.
3. Guru menjelaskan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran.
4. Guru memberikan penjelasan mengenai cara penggunaan media google earth
5. Guru memberikan soal latihan berupa lembar kerja siswa yang dapat dikerjakan secara individu.
6. Guru berkeliling mengawasi dan memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mengerti.
7. Setelah cukup diberi waktu 30 menit guru bersama siswa membahas soal latihan dengan cara menunjuk siswa untuk memaparkan di depan kelas, dengan bimbingan guru siswa lain mencocokkan hasil kerjanya.
8. Selesai membahas latihan- latihan soal, guru menanyakan pada siswa soal- soal manakah yang belum dikuasai ataupun yang sudah dikuasai oleh siswa.
9. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
10. Guru memberikan PR kepada siswa untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.


Pertemuan kedua
Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1. Guru membahas PR dan menerangkan soal yang dianggap sulit oleh siswa
2. Guru memberikan soal test pada siklus I dengan waktu 50 menit.
3. Guru mengoreksi hasil kerja siswa dan mempersentasikan hasil tes siklus I

c.Tahap Pengamatan (observasi)
Mengingat dalam penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru, maka pada tahap pengamatan (observasi) aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dipantau oleh peneliti dan dibantu oleh salah seorang pengamat dengan menggunakan pedoman lembar observasi aktivitas siswa.

d.Tahap Refleksi
Pada tahap ini data- data yang diperoleh dari siklus I dikumpukan untuk dianalisis dan selanjutnya diadakan refleksi terhadap hasil analisis yang diperoleh, sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan aktivitas belajar dan minat belajar siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
Aktivitas dan minat belajar inilah yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan siklus berikutnya.

3.2.2. Siklus II
a.Tahap perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I baik yang berkaitan dengan sisiwa, guru ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang meliputi:
1. Pendekatan, strategi, metode dan media pembelajaran
2. Menciptakan suasana belajar yang lebih melibatkan keaktivan siswa
3. Menyusun struktur pembelajaran yang lebih efektif dan efisien
4. Pengelolaan kelas
Perencanaan yang lainnya sama sebagaimana pada perencanaan siklus pertama.

b.Tahap Tindakan
Pertemuan ketiga
Dalam pertemuan ini membahas materi mengenal simbol- simbol pada peta dengan urutan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa “apa yang dilihat jika melihat sebuah atlas” sebagai prasarat untuk dapat mengikuti pembahasan materi mengenal simbol- simbol pada peta.
2. Guru melaksanakan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan mengenai simbol- simbol pada peta, dan serta tujuan simbol- simbol dalam membaca peta.
4. Guru memberikan soal latihan berupa lembar kerja siswa yang dapat dikerjakan secara individu.
5. Guru berkeliling mengawasi dan memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mengerti.
6. Setelah cukup diberi waktu 30 menit guru bersama siswa membahas soal latihan dengan cara menunjuk siswa untuk memaparkan di depan kelas, dengan bimbingan guru siswa lain mencocokkan hasil kerjanya.
7. Selesai membahas latihan- latihan soal, guru menanyakan pada siswa soal- soal manakah yang belum dikuasai ataupun yang sudah dikuasai oleh siswa.
8. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
9. Guru memberikan PR kepada siswa untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan keempat
Dalam pertemuan ini membahas materi mengenai simbol- simbol pada peta dengan urutan kegiatan sebagai berikut:
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa” apakah siswa masih mengingat simbol- simbol pada peta” sebagai prasarat untuk melanjutkan materi minggu lalu.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menunjukkan simbol- simbol yang ada pada peta google earth.
3. Guru menjelaskan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran
4. Menggunakan media google earth guru memberikan penjelasan mengenai simbol- simbol seperti simbol danau, jalan, sungai, laut, gunung, dll
5. Guru memberikan soal latihan siklus II berupa lembar kerja siswa yang dikerjakan secara individu.
6. Guru berkeliling mengawasi dan memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mengerti.
7. setelah cukup diberi waktu 30 menit guru bersama siswa membahas soal latihan dengan cara menunjuk siswa untuk memaparkan di depan kelas, dengan bimbingan guru siswa lain mencocokkan hasil kerjanya.
8. Selesai membahas latihan- latihan soal, guru menanyakan pada siswa soal- soal manakah yang belum dikuasai ataupun yang sudah dikuasai oleh siswa.
9. Guru mengoreksi hasil kerja siswa dan mempersentasikan hasil tes siklus II
10. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
11. Guru memberikan motivasi kepada siwa untuk mengulangi pelanjelasan mengenai materi mengenal peta dengan menggunakan google earth di rumah.

c.Tahap Pengamatan (observasi)
Observasi dilakukan sebagaimana pada siklus I, yaitu pada tahap pengamatan (observasi), aktivitas siswa selama proses pembelajaran dipantau langsung oleh peneliti dan dibantu oleh salah seorang pengamat dengan menggunakan pedoman lembar observasi aktivitas siswa.

d.Tahap refleksi
Peneliti menganalisis semua tindakan kelas pada siklus II, sebagaimana yang dilakukan pada siklus I. selanjutnya peneliti melakukan refleksi. Apakah dengan media yang digunakan dalam penelitian ini akan meningkatkan minat belajar siswa.

3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Data tentang aktivitas belajar siswa diperoleh melalui pengamatan langsung kepada setiap siswa dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap indikator- indikator yang meliputi ketelitian, sikap kritis, ketekunan, kreativitas, pemusatan perhatian, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengerjakan lembar kerja siswa dan membuat rangkuman.
2. Data tentang minat belajar siswa diperoleh melalui proses belajar dan keaktifan siswa.
3. Data tentang proses pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi yang berisi aspek- aspek proses pembelajaran.

3.4. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu membandingkan minat belajar sebelum tindakan dengan sesudah tindakan.

1. Data tentang aktivitas belajar siswa
Data tentang aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media gogle earth dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan:

% aktivitas belajar siswa = skor total yang diperoleh x 100 %
Skor Maksimum

2. Data tentang minat belajar siswa
Data tentang minat belajar siswa dengan menggunakan media google earth dianalisis dengan menggunakan persamaan:

% aspek minat belajar siswa = Jumlah skor yang diperoleh x 100%
Jlh skor maksimum

3. Data tentang indikator belajar siswa
Data tentang indikator belajar siswa dengan menggunakan media google earth dianalisis dengan menggunakan persamaan:

% indikator belajar siswa= Jumlah skor yang diperoleh x 100%
Jlh skor maksimum

4. Data tentang hasil belajar siswa
Data tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media google earth dianalisis dengan menggunakan persamaan:

% indikator belajar siswa= Jumlah skor yang diperoleh x 100%
Jlh Siswa (24)

Dalam menentukan kriteria aspek- aspek tahapan penilaian belajar siswa digunakan pedoman sebagai berikut:
80% - 100% = SB
70% - 79% = B
60% - 69% = C
0% - 59% = K


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo dengan jumlah siswa 24 orang orang, yang terdiri dari 12 orang siswa laki- laki dan 12 orang siswa perempuan. Peneliti berkolaborasi dengan salah satu dosen pembimbing melaksanakan penelitian di kelas ini dengan menjadikan guru pamong serta kepala sekolah sebagai mitra kerja.
Menurut pengamatan peneliti secara fisik dan intelegensi bahwa siswa kelas IV memiliki kecakapan yang hampir sama atau rata- rata. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas dan minat belajar siswa kelas IV mengenai materi mengenal peta di saat melaksanakan observasi awal yang menjadi landasan peneliti dalam melakukan tindakan.

4.1.1. Observasi Awal
Dari observasi awal yang peneliti lakukan ternyata banyak didapati masalah-masalah serta kelemahan- kelemahan siswa, sehingga siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran IPS khususnya tentang materi mengenal peta. Hal ini disebabkan oleh:1). Kurangnya keterampilan guru dalam memilih media yang tepat dalam pembelajaran, 2). Guru belum memanfaatkan/menggunakan media google earth. 3). Minat belajar siswa kurang atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan. dan masalah yang paling menonjol yaitu dalam melaksanakan pembelajaran kebanyakan masih bersifat konvensional, artinya guru masih mendominasi jalannya pembelajaran dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal sehingga pembelajaran yang dilakukan cenderung kurang menarik bagi siswa. Selain itu guru belum sepenuhnya memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kebanyakan masih menggunakan alat peraga standart/ yang manual seperti menggunakan peta, atlas atau globe (media 2 dimensi). Untuk mengatasi hal itu perlu diadakan uji coba menggunakan media pembelajaran yang baru yaitu melalui google earth.
Melihat kondisi tersebut peneliti berkolaborasi dengan guru pamong hendak memperbaiki minat belajar siswa ini dengan mempehatikan hal- hal yang harus dibenahi seperti alat atau media yang dapat menarik minat siswa dengan memanfaatkan media google earth dalam proses pembelajaran.

4.1.2. Tindakan Siklus I.
Setelah dilakukan observasi awal dan diketahui minat belajar siswa, maka langkah yang selanjutnya adalah dilakukannya tindakan siklus I yang terdiri dari empat tahap. Tahapan- tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti terlebih dahulu mendiskusikan dengan guru mata pelajaran IPS tentang permasalahan pembelajaran dan tindakan yang direncanakan, menyusun perangkat pembelajaran berupa rencana pembelajaran yang disetting sebagai PTK, bahan pengajaran yang akan diberikan, menyiapkan media pembelajaran pendukung, bahan tugas untuk siswa, kisi- kisi soal, alat evaluasi serta menyusun alat evaluasi bersama guru mitra, menyusun lembar kerja sisiwa bersama guru, menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru bersama guru mitra.
Dari hasil kesepakatan peneliti bersama kolaborator untuk memanfaatkan media google earth sebagai media yang akan digunakan, pelaksanaan siklus I ini diadakan dua kali pertemuan. Hal ini bertujuan untuk melihat aktivitas siswa dalam meningkatkan minat belajar IPS terutama dalam materi mengenal peta. Mengingat betapa kompleksnya materi pengenalan peta jika menggunakan media google earth yang dapat dilihat secara nyata, baik dari wilayah- wilayahnya, simbol- simbolnya, lautannya, pulau- pulaunya dan gunung serta wilayah- wilayahnya yang dari yang terbesar sampai wilayah terkecil.

b. Tahap Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran IPS. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Dalam pertemuan ini membahas materi tentang mengenal peta dengan urutan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa “apakah telah mengenal internet” sebagai prasayarat untuk dapat mengikuti pembehasan materi mengenal peta melalui media google earth,
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan melakukan demonstrasi mengenal peta melalui media google earth.
3. Guru menjelaskan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran.
4. Guru memberikan penjelasan mengenai cara penggunaan media google earth.
5. Guru memberikan soal latihan berupa lembar kerja siswa yang dapat dikerjakans secara individu.
6. Guru berkeliling mengawasi dan memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mengerti.
7. Setelah cukup diberi waktu 30 menit guru bersama siswa membahas soal latihan dengan cara menunjuk siswa untuk memaparkan di depan kelas, dengan bimbingan guru siswa lain mencocokkan hasil kerjanya.
8. Selesai membahas latihan- latihan soal, guru menanyakan pada siswa soal- soal manakah yang belum dikuasai ataupun yang sudah dikuasai oleh siswa.
9. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
10. Guru memberikan PR kepada siswa untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua
Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1. Guru membahas PR dan menerangkan soal yang dianggap sulit oleh siswa
2. Guru memberikan soal test pada siklus I dengan waktu 10 menit.
3. Guru mengoreksi hasil kerja siswa dan mempersentasikan hasil tes siklus I.

c. Tahap Pengamatan (observasi)
Mengingat dalam penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru, maka pada tahap pengamatan (observasi) aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dipantau oleh peneliti dan dibantu oleh salah seorang pengamat dengan menggunakan pedoman lembar observasi aktivitas siswa.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS mengenai materi mengenal peta menggunakan media google earth pada siklus I masih kurang, hal ini terlihat dalam beberapa aspek penilaian aktivitas belajar siswa yakni kedisiplinan, keseriusan, adanya interaksi siswa dengan media yang digunakan, keaktifan siswa, motivasi siswa dan siswa senang menerima pelajaran serta siswa merasa terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel pada lampiran1.
Dari tabel aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat bahwa aspek penilaian pada siswa yang meliputi siswa disiplin terdapat 18 orang mendapat nilai 2, dan 2 orang siswa mendapat nilai 1 sedangkan nilai 3 terdapat 3 orang siswa, siswa serius menerima pelajaran terdapat 20 orang siswa yg mendapat nilai 2, yang mendapat nilai 1 dan 3 berjumlah 4 orang, interaksi positif terdapat 19 orang yang mendapat nilai 2, sedangkan yang mendapat nilai 1 dan 3 berjumlah 4 orang, siswa aktif terdapat 20 siswa mendapat nilai 2 dan 4 orang siswa mendapat nilai 1 dan 3, siswa termotivasi terdapat 19 orang siswa yang mendapat nilai 2 sedangkan nilai 1 berjumlah 3 orang dan 3 hanya 1 orang saja, siswa senang menerima pelajaran terdapa 12 orang siswa mendapat nilai 2 sedangkan nilai 1 sebanyak 1 orang dan 3 sebanyak 3 orang, dan siswa merasa terbimbing terdapat 21 orang siswa yang mendapat nilai 2 sedangkan nilai 1 hanya 1 orang dan 3 terdapat 3 orang. Dari secara keseluruhan belum terlihat adanya perubahan dari kondisi awal atau belum ada peningkatan.
Dari tabel minat belajar siswa pada siklus I yang ada pada lampiran 2 di kemukakan bahwa aspek penilaian siswa yang meliputi ketelitian tenyata ada 19 orang siswa yeng mendapatkan nilai 2, yang mendapat nilai 1 berjumlah 2 orang, sedang yang mendapat nilai 3 ada 3 orang. Dari aspek ketekunan terdapat 20 orang yang mendapatkan nilai 2, sedangkan nilai 1 dan 3 terdapat 4 orang. Dari aspek sikap kritis terdapat 19 orang yang mendapat nilai 2, yang mendapat nilai 1 berjumlah 2 orang sedangkan nilai 3 berjumlah 2 orang. Dari aspek kreativitas terdapat 20 orang yang mendapatkan nilai 2 sedangkan 4 orang mendapatkan nilai 1 dan 3. aspek pemusatan perhatian terdapat 19 orang yang mendapatkan nilai 2, dan 2 orang mendapatkan nilai 1 sedangkan nilai 3 berjumlah 3 orang. Dari aspek mengajukan pertanyaan terdapat 20 orang siswa yang diberi nilai 2 sedangkan 4 orang lainnya mendapat nilai 1 dan 3. dari aspek menjawab pertanyaan terdapat 19 orang siswa yang diberi nilai 2, dan 3 orang siswa diberi nilai 1 sedangkan 2 orang siswa mendapatkan nilai 3. dari aspek mengerjakan LKS terdapat 13 orang siswa yang mendapat nilai 2, dan nilai 1 hanya 1 orang sedangkan nilai 3 sebanyak 10 orang. Dari aspek membuat rangkuman terdapat 20 orang siswa yang memperoleh nilai 2 sedangkan nilai 3 berjumlah 2 orang dan hanya 1 orang saja yang mendapatkan nilai 1. Dari secara keseluruhan belum terlihat adanya perubahan dari kondisi awal atau belum ada peningkatan.
Dari data pengamatan indikator belajar siswa yang ada dalam tabel pada lampiran 3 menunjukkan bahwa apek penilaian siswa yang dapat membaca lambang/ simbol dalam menggunakan media google earth dan aspek menunjukkan nama nama daerah yang ada di propinsi tempat tinggalnya berjumlah 20 orang siswa yang mendapat nilai 2 sedangkan 4 orang siswa mendapat nilai 1 dan 3. dari aspek dapat menunjukkan tempat- tempat penting di daerahnya terdapat 19 orang siswa yang mendapatkan nilai 2, dan 2 oarang siswa mendapatkan nilai 1 sedangkan 3 orang siswa mendapatkan nilai 3. Dari secara keseluruhan belum terlihat adanya perubahan dari kondisi awal atau belum ada peningkatan atau dengan rata- rata capaian 59,75%.

d.Tahap Refleksi
Setelah dilakukannya pelaksanaan maka diadakan refleksi. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas belajar dan minat belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan siklus berikutnya.
Pembelajaran IPS dengan menggunakan media google earth dalam data aktivitas belajar siswa bahwa dari hasil refleksi dan deskripsi data yang telah diuraikan tersebut ternyata dari segi hasil aktivitas belajar, minat belajar dan segi indikator belajar siswa yang diadakan oleh peneliti belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih kurangnya minat siswa dalam menggunakan menggunakan media google earth terutama pada pembelajaran IPS mengenai materi Mengenal Peta. Peneliti menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan ini belum mencapai indikator kinerja yang sesuai dengan harapan dan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

4.1.3. Tindakan Siklus II
a.Tahap perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I baik yang berkaitan dengan sisiwa, guru ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang meliputi:
1. Pendekatan, strategi, metode dan media pembelajaran
2. Menciptakan suasana belajar yang lebih melibatkan keaktivan siswa
3. Menyusun struktur pembelajaran yang lebih efektif dan efisien
4. Pengelolaan kelas.
5. Perencanaan yang lainnya sama sebagaimana pada perencanaan siklus pertama.

b.Tahap Tindakan
Pertemuan ketiga
Dalam pertemuan ini membahas materi mengenal simbol- simbol pada peta dengan urutan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa “apa yang dilihat jika melihat sebuah atlas” sebagai prasarat untuk dapat mengikuti pembahasan materi mengenal simbol- simbol pada peta.
2. Guru melaksanakan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan mengenai simbol simbol pada peta, dan serta tujuan simbol- simbol dalam membaca peta.
4. Guru memberikan soal latihan berupa lembar kerja siswa yang dapat dikerjakan secara inndividu.
5. Guru berkeliling mengawasi dan memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mengerti.
6. Setelah cukup diberi waktu 30 menit guru bersama siswa membahas soal latihan dengan cara menunjuk siswa untuk memaparkan di depan kelas, dengan bimbingan guru siswa lain mencocokkan hasil kerjanya.
7. Selesai membahas latihan- latihan soal, guru menanyakan pada siswa soal- soal manakah yang belum dikuasai ataupun yang sudah dikuasai oleh siswa.
8. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
9. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan keempat
Dalam pertemuan ini membahas materi mengenai simbol- simbol pada peta dengan urutan kegiatan sebagai berikut:
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa” apakah siswa masih mengingat simbol- simbol pada peta” sebagai prasarat untuk melanjutkan materi minggu lalu.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menunjukkan simbol- simbol yang ada pada peta google earth.
3. Guru menjelaskan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran
4. Menggunakan media google earth guru memberikan penjelasan mengenai simbol- simbol seperti simbol danau, jalan, sungai, laut, gunung, dll
5. Guru memberikan soal latihan siklus II berupa lembar kerja siswa yang dikerjakan secara individu.
6. Guru berkeliling mengawasi dan memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mengerti.
7. setelah cukup diberi waktu 30 menit guru bersama siswa membahas soal latihan dengan cara menunjuk siswa untuk memaparkan di depan kelas, dengan bimbingan guru siswa lain mencocokkan hasil kerjanya.
8. Selesai membahas latihan- latihan soal, guru menanyakan pada siswa soal- soal manakah yang belum dikuasai ataupun yang sudah dikuasai oleh siswa.
9. Guru mengoreksi hasil kerja siswa dan mempersentasikan hasil tes siklus II
10. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
11. Guru memberikan motivasi kepada siwa untuk mengulangi pelanjelasan mengenai materi mengenal peta dengan menggunakan google earth di rumah.

c. Tahap Pengamatan (observasi)
Observasi dilakukan sebagaimana pada siklus I, yaitu pada tahap pengamatan (observasi), aktivitas siswa selama proses pembelajaran dipantau langsung oleh peneliti dan dibantu oleh salah seorang pengamat dengan menggunakan pedoman lembar observasi aktivitas siswa.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS mengenai materi mengenal peta menggunakan media google earth pada siklus II sudah baik, hal ini terlihat dalam beberapa aspek penilaian aktivitas belajar siswa yakni kedisiplinan, keseriusan, adanya interaksi siswa dengan media yang digunakan, keaktifan siswa, motivasi siswa dan siswa senang menerima pelajaran serta siswa merasa terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel pada lampiran 4.
Dari tabel aktivitas belajar siswa pada siklus II di atas dapat dilihat bahwa aspek penilaian pada siswa yang meliputi siswa disiplin terdapat 9 orang mendapat nilai 2, dan 15 orang siswa mendapat nilai 3. pada aspek siswa serius menerima pelajaran terdapat 22 orang siswa yg mendapat nilai 3, sedangkan yang mendapat nilai 2 berjumlah 2 orang. Aspek penilaian pada interaksi positif terdapat 14 orang yang mendapat nilai 2, sedangkan yang mendapat nilai 3 berjumlah 10 orang siswa. Pada aspek siswa aktif terdapat 13 siswa mendapat nilai 3 dan 10 orang siswa mendapat nilai 2 sedangkan nilai 1 hanya 1 orang saja. Aspek siswa termotivasi terdapat 18 orang siswa yang mendapat nilai 3 sedangkan nilai 2 berjumlah 6 orang siswa. Aspek penilaian siswa senang menerima pelajaran terdapa 22 orang siswa mendapat nilai 3, sedangkan nilai 2 berjumlah 2 orang siswa. Aspek penilaian siswa merasa terbimbing terdapat 11 orang siswa yang mendapat nilai 3, sedangkan nilai 2 berjumlah 13 orang. Dari secara keseluruhan sudah terlihat adanya perubahan dari tindakan siklus I sebelumnya dan sudah ada peningkatan.
Dari tabel minat belajar siswa pada siklus II yang ada pada lampiran 5 di kemukakan bahwa aspek penilaian siswa yang meliputi ketelitian tenyata ada 22 orang siswa yeng mendapatkan nilai 3, sedang yang mendapat nilai 1 berjumlah 2 orang. Dari aspek ketekunan terdapat 10 orang yang mendapatkan nilai 3, sedangkan nilai 2 terdapat 14 orang. Dari aspek sikap kritis terdapat 13 orang yang mendapat nilai 3, yang mendapat nilai 2 berjumlah 10 orang sedangkan nilai 1 hanya 1 orang. Dari aspek kreativitas terdapat 18 orang yang mendapatkan nilai 3 sedangkan 6 orang mendapatkan nilai 2. Dari aspek pemusatan perhatian terdapat 22 orang yang mendapatkan nilai 3, dan 2 orang mendapatkan nilai 2. Dari aspek mengajukan pertanyaan terdapat 13 orang siswa yang diberi nilai 3, dan 10 orang lainnya mendapat nilai 2 sedangkan yang mendapat nilai 1 hanya ada 1orang saja. Dari aspek menjawab pertanyaan terdapat 18 orang siswa yang diberi nilai 3, dan 6 orang siswa diberi nilai 2. Dari aspek mengerjakan LKS terdapat 22 orang siswa yang mendapat nilai 3, sedangkan nilai 2 sebanyak 2 orang. Dari aspek membuat rangkuman terdapat 11 orang siswa yang memperoleh nilai 3 sedangkan nilai 2 berjumlah 13 orang. Dari secara keseluruhan sudah terlihat adanya perubahan dari pelaksanaan tindakan siklus I atau sudah ada peningkatan (berhasil).
Dari data pengamatan indikator belajar siswa pada siklus II yang ada dalam tabel pada lampiran 6 menunjukkan bahwa apek penilaian siswa yang dapat membaca lambang/ simbol dalam menggunakan media google earth terdapat 13 orang siswa mendapatkan nilai 3, dan 10 orang siswa mendapat nilai 2 sedangkan nilai 1 hanya 1 orang saja. Pada aspek menunjukkan nama- nama daerah yang ada di propinsi tempat tinggalnya berjumlah 18 orang siswa yang mendapat nilai 3 sedangkan 6 orang siswa mendapat nilai 2. Dari aspek dapat menunjukkan tempat- tempat penting di daerahnya terdapat 11 orang siswa yang mendapatkan nilai 3, dan 13 orang siswa mendapatkan nilai 2. Dari secara keseluruhan sudah terlihat adanya perubahan dari tindakan siklus I sebelumnya dan sudah ada peningkatan/ berhasil atau dengan rata- rata capaian 78,95%.

d.Tahap refleksi
Peneliti menganalisis semua tindakan kelas pada siklus II, sebagaimana yang dilakukan pada siklus I bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan media google earth dalam data aktivitas belajar siswa, minat belajar siswa dan pengamatan indikator belajar siswa dapat dilihat bahwa deskripsi data yang telah diuraikan tersebut bahwa ternyata dari segi hasil aktivitas belajar, minat belajar dan segi indikator belajar siswa yang diadakan oleh peneliti sudah mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan nampaknya minat siswa dalam menggunakan media google earth terutama pada pembelajaran IPS mengenai materi mengenal Peta. Peneliti menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan ini telah mencapai indikator kinerja yang sesuai dengan harapan/ berhasil dan tidak dilanjutkan ke siklus berkutnya.


4.2. Pembahasan
Setelah dilakukannya pelaksanaan tindakan pada siklus I, pembelajaran IPS dengan menggunakan media google earth dalam data aktivitas belajar siswa bahwa dalam kriteria “Sangat Baik” (SB) hanya ada beberapa siswa saja yaitu 3 orang siswa, kriteria “Baik” (B) berjumlah 8 orang siswa, dan kriteria “Cukup” (C) berjumlah 11 orang siswa, sedangkan kriteria “Kurang” (K) terdapat 2 orang siswa. Dalam data minat belajar siswa dapat dilihat bahwa dalam kriteria “Sangat Baik” (SB) hanya ada beberapa siswa saja yaitu 2 orang siswa, kriteria “Baik” (B) berjumlah 9 orang siswa, dan kriteria “Cukup” (C) berjumlah 8 orang siswa, sedangkan kriteria “Kurang” (K) terdapat 4 orang siswa. Sedangkan dalam data pengamatan indikator belajar siswa dapat dilihat bahwa dalam kriteria “Sangat Baik” (SB) hanya ada beberapa siswa saja yaitu 2 orang siswa, kriteria “Baik” (B) berjumlah 3 orang siswa, dan kriteria “Cukup” (C) berjumlah 15 orang siswa, sedangkan kriteria “Kurang” (K) terdapat 3 orang siswa. Dari hasil refleksi dan deskripsi data yang telah diuraikan tersebut bahwa ternyata dari segi hasil aktivitas belajar, minat belajar dan segi indikator belajar siswa yang diadakan oleh peneliti belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih kurangnya minat siswa dalam menggunakan menggunakan media google earth terutama pada pembelajaran IPS mengenai materi Mengenal Peta. Peneliti menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan ini belum mencapai indikator kinerja yang sesuai dengan harapan dan akan dilanjutkan ke siklus berkutnya atau dengan capaian rata- rata 59,75%.
Peneliti menganalisis semua tindakan kelas pada siklus II, sebagaimana yang dilakukan pada siklus I bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan media google earth dalam data aktivitas belajar siswa, minat belajar siswa dan pengamatan indikator belajar siswa dapat dilihat bahwa dalam kriteria “Sangat Baik” (SB) terdapat 20 orang siswa, kriteria “Baik” (B) berjumlah 4 orang siswa, sedangkan kriteria kurang dan cukup tidak ada ataudenga rata- rata capaian 59,75%.
Dari hasil refleksi dan deskripsi data yang telah diuraikan tersebut bahwa ternyata dari segi hasil aktivitas belajar, minat belajar dan segi indikator belajar siswa yang diadakan oleh peneliti sudah mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan nampaknya minat belajar siswa dalam menggunakan media google earth terutama pada pembelajaran IPS mengenai materi mengenal Peta. Peneliti menyimpulkan tindakan yang dilakukan ini telah mencapai indikator kinerja yang sesuai dengan harapan/ berhasil dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya atau dengan rata- rata capaian 78,95%.
Melihat minat belajar siswa kelas IV yang dicapai dari siklus I dan siklus II berarti semakin memperjelas adanya manfaat dari penggunaan media google earth dalam pembelajaran IPS terutama materi mengenal peta. Berdasarkan deskripsi yang dijelaskan pada pembahasan tersebut, maka jelaslah bahwa media google earth telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa sesuai dengan indikator yang diharapkan yakni jika aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran mencapai 65% dan jika minat belajar siswa yang dikenai tindakan memperoleh daya serap 75% ke atas selama proses pembelajaran.
Adapun hasil tes belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat dalam tabel pada lampiran 7.
Dengan demikian, maka hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika dalam pembelajaran IPS khususnya materi mengenal peta propinsi diajarkan dengan menggunakan media google earth, maka minat belajar siswa kelas IV SDN No. 30 Kecamatan Kota Selatan Gorontalo akan meningkat dan dapat diterima.



BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah diadakan uji coba menggunakan media pembelajaran yang baru yaitu melalui google earth pada siklus I minat belajar siswa meningkat dan dilihat dalam kriteria “Sangat Baik” (SB) hanya ada beberapa siswa saja yaitu 2 orang siswa, kriteria “Baik” (B) berjumlah 9 orang siswa, dan kriteria “Cukup” (C) berjumlah 8 orang siswa tetapi belum mencapai indikator yang diharapkan dan dilanjutkan ke siklus berikutnya atau dengan capaian rata- rata 59,75%.
Pada siklus II minat belajar siswa dalam menggunakan media google earth sudah meningkat. Hal ini dapat dilihat pengamatan kriteria “Sangat Baik” (SB) terdapat 20 orang siswa, kriteria “Baik” (B) berjumlah 4 orang siswa, sedangkan kriteria kurang dan cukup tidak ada. Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa pemanfaatan media google earth dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN No. 30 Kecamatan Kota selatan Gorontalo terutama pada pembelajaran IPS materi mengenal peta. Penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil atau dengan capaian rata- rata 78,95%.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada kepala sekolah
a) Lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
b) Hendaknya lebih menekankan pada guru untuk menggunakan media pembelajaran yang tepat dan canggih untuk kelancaran proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2. Kepada Guru
a) Diharapkan dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan media yang tepat demi mendukung kelancaran pembelajaran
b) Diharapkan kepada guru agar selalu menggunakan peta google earth pada pembelajaran IPS tentang materi pengenalan peta agar siswa lebih tertarik lagi dan ingin mencoba sendiri dimana saja (warnet, dan rumah).
3. Kepada Peneliti
a) Peneliti hendaknya memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ditemui pada saat penelitian untuk menjadikan pengalaman dan motivasi ke arah yang lebih baik.
b) Peneliti lebih banyak mencari informasi tentang media pembelajaran IPS yang ter update dari internet selain google earth dan google maps, sehingga akan menjadi solusi yang akan diterapkan pada anak didik nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Raja Grasindo Persada
Arthur J. Gates dalam Fudyartanto http://www.find-docs.com/aspek-aspek-minat-belajar-pada-siswa.html (27-1-2011)
Agus Wandi. 2009. “ Penggunaan Gogle Earth” http://awidyarso.co.cc.
Crow, L.D., dan Crow, A. 1982. Psikologi Pendidikan, penerj. Kasijan Z,. Surabaya: PT Bina Ilmu
Dailer dalam Sumartono. 1983. Modifikasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung Tarsito
Djamara.dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineke Cipta. Jakarta
Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Gagne (dalam Rasyad Amidun dan Darhim, 1996 – 1997:97). Media Pembelajaran http://priyonohadisaputra.blogspot.com
Hamalik.2004. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara
Hengky Alexander. 2009, Google Maps Mobile. Surabaya. Elex Media Komputindo
Maslow.dkk. 1992. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Depdikbud. Dirjen Dikti
Mohamad Arbin Samsudin, 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta PT.Rosdakarya
M.Ngalin Purwanto, 1998. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta Rosdakarya
Muhibin Syah (1999:61) http://www.find-docs.com/aspek-aspek-minat-belajar-pada-siswa.html (27-1-2011)
Purbakawaca dalam Nurkancana, 1987. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta Rineka Cipta
Rahadi Aristo. Media Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar.Jakarta
Romalah, Johar 1988/1999. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD
Rahmat Widodo, 2010. Google Earth,http://pieterkemur.wordpress.com
Samlawi Fakih 1992,Pendidikan IPS SD. Dirjen Pendidikan tinggi.
Sagala. Dkk. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. CV. Alfabeta. Bandung
Suciati.2005. Teori Belajar dan Motivasi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Syaih Muhamad Bin Saleh 2005. Semangat Bisa Bertambah Dan Berkurang. Daarul Fikri
Uno. Dkk. 2004. Model Pembelajaran. Nurul Jannah Gorontalo
Usman Basirudin. 2002. Metode Pembelajaran. Ciputat Press. Jakarta