SELAMAT DATANG DI BLOG MARGHARETA

SELAMAT DATANG DI BLOG MARGHARETA

Sabtu, 21 Agustus 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada empat aspek keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak (mendengarkan), keterampilan berbicara, keterampilan membaca serta keterampilan menulis. Keempat keterampilan itu perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia disamping ada unsur- unsur lain seperti srtuktur, kosakata, lafal yang merupakan unsur pendukung pengajaran keterampilan berbahasa.
Dari keempat keterampilan yang diuraikan di atas, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa Indonesia yang baik.
Menurut Tarigan (1985: 3- 4), menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD tahun 2006, standar kompetensi untuk keterampilan komunikatif menulis adalah siswa mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan dan dialog tertulis.
Hal ini berarti di dalam keterampilan menulis, anak harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, namun demikian tidak dapat diabaikan dalam pengajaran menulis/ mengarang di sekolah dasar siswa harus mempunyai modal pengetahuan tentang mengarang itu sendiri. Dilihat dari prosesnya, menulis dimulai dari suatu hal yang tidak tampak, sebab apa yang hendak ditulis masih berbentuk pikiran dan bersifat pribadi. Guru hendaknya belajar merasakan kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis, adakalanya sebuah kalimat telah selesai ditulis, tetapi kelanjutannya sulit didapat.
Berkaitan dengan paparan di atas, maka untuk kegiatan pembelajaran bahasa indonesia dalam aspek kemampuan menulis di kelas IV SDN NO. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo, siswa diminta untuk menulis karangan akan tetapi kenyataannya siswa tidak dapat mengerjakannya dengan baik, dimana hanya 25 siswa dari 41 jumlah siswa yang dapat membuat karangan atau menulis dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa masih sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis, yang disebabkan oleh faktor kebahasaan yang belum dipahami betul oleh siswa ataupun metode yang digunakan kurang tepat, sehingga peneliti memberikan respon kepada 16 siswa (60%) adalah siswa yang berprestasi baik di kelas, sementara 25 siswa (40%) adalah siswa yang mempunyai kemampuan sedang dan rendah.
Menyikapi berbagai permasalahan yang diungkapkan di atas, perlu adanya tanggung jawab guru untuk memotivasi siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara tertulis. Peneliti yakin bahwa dengan pendekatan komunikatif, siswa akan termotivasi untuk mengungkapkan pendapat, perasaan maupun pengalamannnya secara tertulis dengan tidak mengabaikan faktor kebahasaan berupa kosakata dan struktur kalimat yang baik. Pendekatan komunikatif ini merupakan salah satu pendekatan yang tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, artinya sangat berkaitan dengan pandangan- pandangan ilmu bahasa yang menggaris bawahi bahwa belajar bahasa Indonesia intinya berkomunikasi, ibarat uang logam yang sisi- sisinya saling melengkapi (Zuehdi dan Budiarsih 1996/1997:33- 34).
Berdasarkan hasil pengamatan awal pada siswa IV SDN NO. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo, ditemukan bahwa masih anyak siswa yang belum mampu menulis karangan. Oleh karma itu diperlukan solusi yang tepat. Salah satu solusi dalam menempuh masalah ini, sehingga peneliti menganggap bahwa hal tersebut dapat diformulasikan dalam bentuk judul “ Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Pendekatan Komunikatif di Kelas IV SDN NO. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo”.

1.2 Rumusan Masalah.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yakni ”Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis karangan melalui pendekatan komunikatif siswa di kelas IV SDN NO. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo ?”
1.3 Cara Pemecahan Masalah.
Berdasarkan masalah di atas, maka cara pemecahan masalah tersebut dengan memodifikasi metode mengajar, menciptakan situasi yang menyenangkan, mempersiapkan penyajian bahan ajar sesuai dengan materi, menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), memilih metode yang tepat, memilih media pembelajaran yang sesuai dan mudah dipahami siswa dengan cara guru menggunakan metode yang tepat dan media yang sesuai, agar kemampuan menulis karangan siswa dan pemahaman belajar siswa meningkat.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN NO. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo dalam menulis karangan melalui pendekatan komunikatif di SDN No.33 Kecamatan Kota Selatan”.

1.5 Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut:
1.5.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan teori pembelajaran bahasa di SD, khususnya pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, melalui penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan dapat memberikan motivasi untuk menemukan permasalahan- permasalahan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dan mencari kiat- kiat yang dapat digunakan di dalam melaksanakan pembelajaran demi perbaikan kualitas dan profesionalisme..
b. Bagi siswa, dengan kegiatan PTK ini diharapkan siswa memiliki perbendaharaan kata- kata yang optimal serta dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan minatnya supaya akan tertanam kebiasaan dan kecintaan untuk menulis.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional guru yang terlibat langsung di dalam proses perbaikan dan hasil belajar siswa serta kondusifnya iklim pendidikan sekolah.
d. Bagi peneliti, penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan kemampuan profesional peneliti sebagai seorang guru yang terlibat langsung dalam melaksanakan tugas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran bahasa indonesia.



BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Hakikat Menulis.
Menurut Jahdi, 2001: 30 Pendidikan Bahasa Indonesia di kelas tinggi ada tiga fungsi menulis: pertama menulis sebagai ilmu artinya melalui sebuah proses menulis naskah, artikel, jurnal, bahkan buku, penulis dituntun untuk bisa menyajikan tulisan yang mudah oleh khalayak umum, itu dari segi bahasa.
Kemudian dari segi isi penulis dituntut untuk membuat pemahaman sesuai dengan ketajaman analisis, kedua menulis sebagai pengejewantahan pengalaman ( expression of expperience ) artinya segala kejadian, hasil pengamatan, pengalaman dan tingkah laku penulis, diubah menjadi sebuah karya tulis yang menarik sehingga memberikan inspirasi kepada pembaca, secara tidak langsung telah menjadikan dirinya sebagai decision maker, ketiga menulis sebagai media berfikir, artinya pola pemikiran seorang penulis lebih sistematik dan analitik, sehingga suatu permasalahan yang diungkapkan mencerminkan kualitas keilmuan penulis.
Dan terakhir hubungan antara berpikir dan menulis bagaikan sekeping mata uang yang tidak dapat dipisahkan (menulis adalah proses berfikir). Kalau anda tidak bisa berfikir maka anda tidak bisa menulis. Belajar menulis sama dengan belajar berfikir.
2.1.1. Pengertian Menulis.
Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan produktif yang merupakan keterampilan berbahasa yang komunikatif. Menurut Wahyu (dalam Tarigan, 2000: 1) ” Menulis sebagaimana berbicara, merupakan keterampilan yang produktif dan ekspresif”. Perbedaannya, menulis merupakan komunikasi tatap muka (langsung)” Tarigan 1944: 2. Menurut Azies (dalam Akhadiah, 1996: 128), ”Keterampilan menulis berhubungan erat dengan membaca”. Hal itu diakui pula oleh Semi (1995: 5) yang mengatakan bahwa ”Semakin banyak peserta didik membaca, cenderung semakin lancar dia menulis”.
Morsey dalam Tarigan (2000: 4) mengatakan bahwa ”lewat tulisan orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan dan mempengaruhi dengan menggunakan kata- kata yang tersusun rapi”. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Suadi (dalam Mahsun, 2007: 2) bahwa ”Keterampilan mengarang atau menulis sangat penting untuk mengekspresikan diri.
Disamping sebagai media untuk mengekspresikan pikiran atau ide keterampilan menulis juga mempunyai beberapa keuntungan bagi penulisnya. ”Menulis bisa mendatangkan keuntungan bagi penulis itu sendiri”, seperti : a). Keuntungan finansial, yaitu dengan menghasilkan tulisan yang bisa dipublikasikan kita bisa mendapatkan uang, b). Menambah pengetahuan penulis, c). Menjalin komunikasi dengan orang banyak, d). Berbagi dengan orang lain, e). Memberi kepopuleran.
Tulisan yang baik dan berkualitas menifestasi dan keterlibatan aktivitas berfikir atau bernalar yang baik. Hal ini dimaksudkan bahwa seorang penulis harus mampu mengembangkan cara- cara berfikir rasional. Tanpa melibatkan proses berfikir rasional, kritis, dan kreatif akan sulit menghasilkan tulisan yang baik. Pappas (dalam Nurgiyantoro, 2001: 13) berpendapat bahwa ”Menulis sebagai aktivitas berfikir secara aktif, konstruktif, sosial dan penuh penuangan makna”. Pada saat melakukan aktivitas menulis, siswa dituntut berfikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang dimilki secara tertulis. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan dalam bentuk tulisan atau karangan. Jadi pada dasrnya, keterampilan menulis merupakan serangkaian aktivitas berfikir menuangkan gagasan untuk menghasilkan suatu bentuk tulisan. Secara lebih mendalam, Alkhadiah (1996: 23) menyatakan bahwa: ”Aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk mengekspresikan ide, gagasan, fikiran, atau perasaan ke dalam lambang- lambang kebahasaan”.
Meskipun keterampilan menulis menjanjikan banyak manfaat, keterampilan menulis juga mensyaratkan banyak hal. Tarigan (2000: 4) mengatakan bahwa ”Untuk bisa menulis seseorang harus mampu menggunakan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata”. Disamping itu juga seorang penulis harus tahu mengorganisasikan ide, agar ide yang ia sampaikan tertata rapi dan bisa dipahami. Seorang penulis juga harus tahu mekanika bahasa atau pungtuasi atau ejaan baku yang berlaku dalam bahasa itu. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wadya (dalam Tarigan, 2000: 1), yang mengatakan bahwa ”Dalam kaitan dengan menulis, pembelajaran harus memiliki kemampuan dalam menggunakan ejaan, sebagai kaidah tata tulis”. Ejaan yang sifatnya sangat teknis tidak perlu secara khusus diajarkan, mereka cukup mempelajarinya dirumah dengan dibekali buku pedoman. Sekali- kali bisa juga pembelajaran dilatih menggunakan ejaan. Pelatihan menulis paragraf atau karangan yang lebih kompleks merupakan sarana untuk melatih menggunakan ejaan. Ejaan hanya merupakan bagian dari materi menulis. Seharusnya sejak dini pebelajar diperkenalkan dengan kaidah tata tulis ini walaupun bukan materi tersendiri.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Semi (1990: 5) berpendapat bahwa ”Pengajaran menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis”. Ringkasanya, keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif komunikatif. Selain itu keterampilan menulis menuntut penguasaan banyak hal dipihak penulis seperti, kosakata, struktur bahasa, grafologi, serta cara- cara mengorganisasikan kalimat dalam suatu kalimat.

2.1.2. Tujuan Menulis.
Untuk menulis untuk seseorang mempunyai tujuan terutama untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya dalam menyampaikan gagasan, ide, dan fikiran ataupun perasaannya kepada si pembaca yang mengandung maksud tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli tentang tujuan menulis, antara lain: menurut D.Angelo (dalam Tarigan, 2000: 22) bahwa: ”Penulis ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat yang harus memperlihatkan dan memanfaatkan, 1). Maksud dan tujuan sang penulis, 2). Pembaca atau pemirsa, 3). Waktu dan kesempatan”.

2.2. Pembelajaran Menulis di Kelas IV
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dapat dibagi dua tahap, tahap menulis permulaan, dan tahap menulis lanjut. Pembelajaran menulis permulaan ditekankan pada keterampilan dan membiasakan menulis huruf dengan tepat, jelas dan rapi dalam penulisan kata dan kalimat. Pada menulis lanjut melatih melatih keterampilan penguasaan unsur kebahasaan, tata bahasa, ejaan dan tanda baca. Kemampuan menggunakan pola- pola bahasa dalam tampilan tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan sebagaimana tercantum dalam standar kompetensi keterampilan menulis di SD. Kemudian gagasan dan pendapat itu dituangkan dalam paragraf yang merupakan miniatur dari karangan.
Paragraf yang baik mempunyai ciri- ciri sebagai berikut: kesatuan, kepaduan, ketuntasan, dan keruntunan. Disamping itu sebuah karangan dikatakan sudah baik apabila memiliki lima unsur yaitu:
a. Isi karangan atau gagasan yang dikemukakan.
b. Bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat.
c. Tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat.
d. Gaya pilihan dan kosakata untuk memberikan nada atau warna terhadap karangan.
e. Ejaan dan tanda baca.
Upaya yang dapat dilakukan guru agar siswa senang menulis adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk mau menulis apa yang disenangi sesuai dengan pengembangan tema pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan menulis yang dapat dikembangkan dan dapat dilaksanakan di kelas antara lain: 1). Menulis abjad, 2). Menulis kegiatan, 3). Menulis buku harian, 4). Menulis mainan kesenangan, 5). Menulis gambar kesayangan, 6). Menulis bentuk gambar, 7). Menulis cerita bentuk arkodion, 8). Menulis cara memainkan sesuatu, 9). Menulis poster, 10). Menulis benda- benda post.

2.2.1 Proses Menulis
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Namun, jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses atau langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau bernalar.
Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam. Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.
Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan- akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain.
Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya, kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.
Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.
Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2.2.2. Pra Menulis
Tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.
Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis.
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis.
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis.
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.

2.2.3. Menulis
Menulis adalah membuat huruf atau angka dengan pensil, pena, kapur dan sebagainya dengan melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang dengan tulisan (Depdikbud, 1993 : 986). Menurut Tarigan, menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafis tersebut (Haryadi, 1997 : 77). Menurut Akhadiah, menulis adalah aktifitas mengekspresikan ide gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang kebahasaan bahasa tulis (Rofiuddin, 1996 : 263). Menulis adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan (Mulyono, 1999 : 223).
Kesemua pengertian menulis tersebut pada dasarnya hamper sama yang ditandai dengan adanya aktivitas, ide, gagasan, lambang tulisan atau bahasa tulis yang digunakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan atau aktivitas mengekspresikan ide atau gagasan ke dalam lambang bahasa tulis (grafis, huruf dan angka) dengan menggunakan alat tulis dan dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan menulis adalah merupakan ketrampilan berbahasa produktif melibatkan aspek penggunaan ejaan, kemampuan penggunaan kosa kata (diksi), kalimat dan komposisi (Rofiuddin, 1996 : 236). Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca. Ejaan sebagai cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf, singkatan akronim, angka, bilangan dan tanda baca (Sugihastuti, 2000 : 53). Kemampuan menulis berguna untuk siswa dalam hal menyalin, mencatat dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah, sehingga perlu dimiliki supaya dapat mengatasi kesulitan dalam hal menulis.

a. Merevisi
Merevisi adalah apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.
Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok).
b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas.
c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman.
d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merevisi:
a. Perhatikan apa yang anda tulis.
b. Perhatikan siapa yang akan membaca tulisan tersebut.
c. Perhatikan tulisan anda dari perpesktif lain.
e. Baca kembali sambil melakukan revisi (bukan proofreading):
• tentukan kekuatan dan kelemahan dari subjek yang ditulis,
• pertajam persepsi mengenai pembaca,
f. Baca mengenai subjeknya
• mengapa memilih subjek?
• apakah subjeknya dapat ditangkap dengan mudah?
• hal apa yang membuat subjek ini menjadi spesial
• apa hal yang menarik tentang subjek ini?
• apakah tulisan yang dibuat tidak terlalu panjang?
g. Baca mengenai audience-nya dan tujuannya.
b. Mengedit
Pemeriksaan atas kalimat (mengedit) merupakan penyuntingan tahap pertama juga. Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi dengan penulis. Penyunting harus memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Dengan demikian, penyunting dapat menjelaskan dengan baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis. Untuk itu, penyunting harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis. Untuk dapat membuat kalimat yang efektif, ada tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu kesatuan gagasan, kepaduan, penalaran, kehematan atau ekonomisasi bahasa, penekanan, kesejajaran, dan variasi.
Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang lebih terperinci, lebih khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan dengan masalah kaidah bahasa, yang mencakup perbaikan dalam kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada saat penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia dapat berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal ini bergantung pada keluasan permasalahan yang harus diperbaiki. Sebaliknya, masalah perbaikan dalam tanda baca dan ejaan dapat langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa memberitahukan penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat mendasar.
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah sebagai berikut:
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri
b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka sekelas/sekelompok
c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya (Rifai, 1997: 105—106). Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis.
Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandai-pandai menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan dengan penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat.

c. Mempublikasi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau
b. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan.
Dari tahap-tahap pembelajaran menulis dengan pendekatan/model proses sebagaimana dijabarkan di atas dapat dipahami betapa banyak dan bervariasi kegiatan pembelajar dalam proses menulis. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan tersebut sudah barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga guna mengembangkan keterampilan menulis. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pembelajar pada setiap tahap, upaya-upaya mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil terbaik yang dicapai oleh para pembelajar membuat mereka lebih tekun dan tidak mudah menyerah dalam mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan keterampilan menulis.
Pembelajaran menulis bagi penutur asing dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses merupakan suatu alternatif untuk mencapai keterampilan menulis pembelajar secara efektif. Hal ini dimungkinkan karena diterapkannya proses kreatif dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahap-tahap kegiatan yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting, dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka susun.

2.2.4. Teknik dan Strategi Pembelajaran Menulis.
Pembelajaran menulis dapat dilaksanakan di dalam kelas dan di luar kelas.
a. Pembelajaran menulis di dalam kelas.
Kegiatan pembelajaran menulis di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan jam yang telah ditetapkan dalam jadwal pelajaran. Teknik dan strategi pembelajaran bermacam ragam disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas.
b. Pembelajaran menulis di luar kelas.
Pembelajaran menulis di luar kelas dapat dilakukan misalnya menulis buku harian, kliping yang tulisan- tulisan mereka kuasai.

2.3. Hakikat Karangan.
KBBI (dalam Keraf, 2003: 506), karangan adalah ”Menulis dan menyusun sebuah cerita, buku atau sajak”. ”Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (http://id.wikipedia.org./wiki/karangan).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil dari kegiatan menulis dan menyusun sebuah cerita agar dapat dipahami oleh pembaca.

2.3.1. Pengertian Karangan.
Karangan merupakan kegiatan yang kompleks oleh karena itu diperlukan pembatasan tentang apa sebenarnya karangan itu. Berkaitan dengan definisi atau batasan karangan A. Widyamartaya (1993: 9) mengatakan” Karangan adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulisan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh pengarang/ penulis”. Mengarang tidak lain merupakan penggunaan bahasa tulisan, dengan harapan penulis/ pengarang agar karangannya dapat dibaca oleh orang lain.
Dalam menyiapkan karangannya, penulis tidak henti- hentinya berusaha agar buah penanya mudah dipahami pembaca. Untuk itu dipergunakan berbagai macam cara, dipergunakan pula sebagai alat bahasa serta daya yang ada pada bahasa kita, apa yang ditulisnya, ia selalu menganggap dirinya selalu bertanggung jawab terhadap pembaca khususnya dan pada masyarakat umumnya. Segala yang diutarakan dalam tulisannya, dialah yang menanggungnya. Diapun tahu membatasi dirinya, tahu membedakan mana yang patut dan mana yang tidak patut ditulis (mana yang perlu dan mana yang tidak perlu) poerwadarmita, 1984: 10.
Penulis atau pengarang rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (The Liang Gie, 2003: 3). Mengarang/ karangan suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, dalam tulisan (A.Widyamartaya, 1996: 9). Karangan menrupakan pengungkapan buah pikiran melalui tulisan tetapi bukan asal menulis. Orang harus belajar menyusun sebuah karangan yang baik dan teratur. Sebuah karangan yang baik mengandung isi yang dikemukakan secara sistematis serta menarik. Jika orang memliki gagasan yang sungguh baik, tetapi tidak mampu mengemukakan idenya itu secara teratur dan tahap demi tahap yang jelas dalam tulisannya, maka ia pasti gagal menyampaikan pendapatnya yang berharga tadi kepada pembacanya. Banyak orang dapat menulis panjang lebar tetapi tidak mampu menguraikan maksud mereka dengan jelas.
Maka kami dalam bagian ini akan membicarakan cara kecakapan mengarang untuk mengemukakan maksud tertentu secara jelas dan dengan menggunakan rencana yang tepat:
1. Karangan yang bermutu selalu berpangkal pada pemikiran yang matang dan jelas. Hal ini tercermin antara lain dalam pemilihan kata, dalam tata susunan kalimat dan dalam kerangka karangan (outline) yang jelas tentang seluruh uraian itu.
2. Keahlian mengarang lebih cepat diperoleh dengan memperbaiki teknik mengarang daripada dengan mengoreksi kesalahan- kesalahan saja. Kesalahan akan hilang dengan sendirinya jika pengarang belajar bersikap kritis terhadap hasil tulisannya.
3. Mempelajari tata bahasa akan mempertinggi kepandaian menggunakan bahasa, maka jika anda ingin mengarang berusahalah menguasai tata bahasa.
4. Penggunaan kata- kata yang biasa merupakan dasar ungkapan dan karena itulah dasar bahasa. Maka jika ingin mengarang pilihlah bahasa yang biasanya dipakai oleh orang- orang baik, orang terpelajar, dan bukan bahasa pasaran atau yang dibuat- buat.
5. Mengarang mengungkapkan sesuatu dengan jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan, realistis dan tidak menghambur- hamburkan kata yang tidak perlu. Pengungkapan mesti jelas dan teratur sehingga para pembaca mengerti apa yang hendak disampaikan pengarang. Artinya paparan benar- benar dimengerti dan maknanya bukan hanya diduga- duga atau bahkan perlu ditebak- tebak. Maka uraian harus mencerminkan bahwa si pengarang sendiri sungguh- sungguh mengerti atau menghayati apa yang hendak ia uraikan itu.

2.3.2. Jenis- Jenis Karangan
Ada berbagai jenis karangan yaitu:
a. Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
b. Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
c. Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
d. Argumentasi:
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
e. Persuasi:
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.


2.4. Hakikat Pendekatan Komunikatif.
2.4.1. Pengertian pendekatan.
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Menurut Antony (1982: 29) mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa.
Asumsi tentang bahasa bermacam- macam antara lain yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan.
Asumsi tersebut di atas menimbulkan adanya pendekatan- pendekatan yang berbeda yaitu:
1. Pendekatan mendasari pendapat bahwa berbahasa berarti berusaha membiasakan diri menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, tekanannnya pada pembiasaan.
2. Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan,
3. Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah- kaidah yang mendasari ajaran. Tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.


2.4.2. Macam- Macam Pendekatan
Macam- macam pendekatan adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Tujuan.
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam sikap kegiatan belajar mengajar yang benar diperlukan dan ditetapkan lebih dahulu ialah yang tidak tercapai.
2. Pendekatan Struktural.
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat yang harus mengutamakan penguasaan kaidah- kaidah bahasa dan tata bahasa.

2.4.3. Pengertian Komunikatif.
Menurut Richards dan Rodgers (1986), komunikatif yang muncul sekitar tahun 1970an adalah hasil dari ketidakpuasan hati beberapa orang pendidik dan ahli bahasa terhadap metode audio lingual dan terjemahan dalam pengajaran bahasa asing. Hal ini karena dengan menggunakan metode audio- lingual dan terjemahan siswa tidak dapat mempelajari keseluruhan bahasa secara realistis. Mereka juga tidak dapat berkomunikasi menggunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa sosial.
Pengajaran bahasa secara komunikatif adalah berdasarkan kemampuan komunikatif dan empat keterampilan berbahasa. Menurut Richards dan Rodgers (1986) pendekatan ini adalah satu pendekatan yang bermatlamat menjadikan kemampuan komunikatif sebagai tujuan pengajaran bahasa dan membangun prosedur yang dapat mengajar empat keterampilan bahasa yang melibatkan hubungan antara bahasa dan komunikasi. Bahasa adalah sistem fungsional. Bahasa adalah alat untuk
menyatakan makna fungsional. Fungsi utama bahasa adalah untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab juga perlu ke pendekatan yang sama.
Littlewood (1984) pula menyatakan bahwa pendekatan komunikatif memusatkan pengajaran bahasa ke arah menghasilkan komunikasi yang efektif dari semata- mata menguasai tata bahasa. Pendekatan ini tidak hanya melihat aspek kebenaran petunjuk ayat (sentence structure) yang benar, malah memperhatikan juga apakah kontribusi yang bisa bahasa berikan kepada para siswa selama proses komunikasi berlaku. Terkait hal ini Littlewood (1981) juga melihat pentingnya bahasa dari aspek fungsi atau tugasnya bukan hanya sekedar susunan ayat- ayat.

2.4.4. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi pembelajaran. Dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dalam mengembangkan potensi siswa. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagai salah satu teknik bimbingan. Mempunyai prinsip kegiatan dan tujuan yang sama dengan bimbingan (Tatiek 1995: 15).
Pendekatan komunikatif juga merupakan pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetisi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur- prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), menghargai dan mengakui saling ketergantungan bahasa.
Dalam pembelajaran berbahasa yang dimaksud dengan pendekatan adalah seperangkat asumsi yang berkaitan. Didalamnya mencakup hakikat bahasa, pembelajaran bahasa, serta belajar bahasa. Pendekatan ini bersifat aksiomatis, artinya kebenaran konsep- konsep teoretis yang digunakan sebagai asumsi, kebenarannya tidak perlu dipersalahkan lagi.
Komunikatif merupakan kemampuan untuk menerapkan kaidah suatu bahasa dalam membentuk kalimat- kalimat yang benar, mengetahui kapan, dimana dan kepada siapa kalimat- kalimat itu diujarkan. Dengan berbekal komunikatif seseorang dapat menyampaikan dan menginterprestasikan suatu pesan atau mengasosiasikan makna secara interpersonal dalam konteks yang spesifik, yang lebih menekankan kepada fungsi bahasa dalam komunikasi sesungguhnya dari pada menguasai bentuk kaidah kebahasaan.
Menurut Tarigan (1983: 8), http:// www. budicure. multipy. com/ jounal/ intem/. pada hakekatnya komunikatif melaiputi:
1. Pengetahuan mengenai tata bahasa dan kosakata bahasa yang bersangkutan.
2. Pengetahuan mengenai kaidah- kaidah mengungkapkan (yaitu mengetahui bagaimana memulai dan mengakhiri percakapan- percakapan, mengetahui topik apa yang mungkin akan ditulis dalam berbagai peristiwa).
3. Mengetahui bagaimana cara menggunakan dan memberi respon suatu tulisan.
4. Mengetahui bagaimana menggunakan bahasa secara tepat dan memuaskan.
Dalam kamus linguistik, komunikatif mengandung arti syarat- syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi (Kridalaksana, 1982: 137).
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan- pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Nampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya yaitu komunikatif.
Pendekatan komunikatif menekankan pengajaran bahasa pada latihan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Ia menantang pengajaran struktural yang terlepas dari konteks komunikatif. Di dalam pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif bahasa yang diajarkan sebagaimana fungsi di dalam berkomunikasi ini berarti, yang ditinjau dalam pengajaran dengan pendekatan komunikatif bukanlah pencapaian pengetahuan tentang bahasa (tata bahasa dan kosakata), melainkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa dan fungsinya sebagai alat komunikatif.
Pendekatan komunikatif menuntut bahan pengajaran bahasa yang fungsional bermakna dan relefan dengan komunikasi. Siswa dilatih melakukan kegiatan berbahasa, menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Tujuan akhir pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan komunikatif adalah agar siswa terampil menggunakan bahasa sebagai alat komunikatif.
Menurut Littlewood (1981: 34) pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa:
1. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.
2. pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk bahasa asing. Tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara- cara menerapkan bentuk- bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif adalah membentuk kemampuan komunikatif siswa dalam menggunakan bahasa indonesia yang mencakup empat keterampilan baik menyimak, membaca, menulis, maupun berbicara. Artinya melalui berbagai kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mampu menguasai kemampuan berkomunikasi dengan bahasa indonesia, baik secara lisan- tulisan maupun resmi dan tidak resmi.
Berkaitan dengan kompetensi komunikatif ini, Canale dan Swain (dalam Solchan, T.W, dkk, 2001: 6.19) mengemukakan empat unsur yang berkaitan dengan komunikasi, yakni 1). Kemampuan gramatika; kemampuan penutur dengan menggunakan kaidah gramatika, 2). Kemampuan sosiolinguistik; kemampuan penutur memahami konteks sosial tempat terjadinya komunikasi, 3). Kemampuan wacana; kemampuan penutur menyampaikan maksud- maksud komunikasi secara koheren, dan 4). Kemampuan strategi; kemampuan penutur menggunakan berbagai cara/ strategi dalam komunikasi.

2.4.5. Karakteristik Pendekatan Komunikatif.
Adapun karakteristik pendekatan komunikatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa Sentris.
Pengajaran didasarkan pada minat, kebutuhan, dan lingkungan siswa.
b. Pendekatan Pengajaran.
Pengajaran ditekankan pada bahasa lisan tanpa mengabaikan bahasa tilisan, kegiatan bahasa menyimak dan berbicara sangat diperhatikan tanpa melupakan kegiatan berbahasa membaca dan menulis.
c. Tujuan Pengajaran.
Bahan pengajaran ragam bahasa dan struktur bahasa yang relevan dengan tuntutan komunikasi yang diperlukan siswa.
d. Sikap Terhadap Kesalahan Berbahasa.
Kesalahan berbahasa diterima sebagai hal yang wajar, sebagai bagian yang wajar terjadi dalam proses belajar berbahasa.
e. Sikap Terhadap Ragam Bahasa.
Semua ragam bahasa dihargai, tidak melbih- lebihkan ragam baku.

2.4.6. Prosedur Penggunaan Pendekatan Komunikatif.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI; 2001: 742) dijelaskan bahwa prosedur merupakan tahap- tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, sedangkan strategi merupakan rencana yang cermat mengenal kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Fincchiari dan Brumfit (dalam Tarigan, 1989; 294) mengemukakan suatu bagan/ skema pelajaran bagi fungsi ”pembuatan suatu sugesti” bagi para pembelajaran pada tingkat permulaan program sekolah menengah, tetapi juga dapat digunakan untuk jenjang pendidikan dasar, bahwa prosedur- prosedur pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif lebih bersifat evolusioner dari pada revolusioner.
Adapun garis besar kegiatan pembelajaran yang ditawarkan mereka secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. penyajian dialog singkat, adalah suatu proses yang memungkinkan guru memberikan motivasi kepada siswa.
2. Pelatihan lisan dialog yang disajikan, kegiatan ini diawali dengan contoh yang diberikan guru secara lisan, kemudian para siswa mengulang apa yang dilisankan guru.
3. Penyajian tanya jawab, kegiatan yang dapat dilakukan dalam dua tahap, yakni tanya jawab berdasarkan topik dan situasi dialog serta tanya jawab berdasarkan topik yang dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa.
4. penelaah dan pengkajian, kegiatan ini dilakukan dengan mengajak para siswa untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam sebuah dialog. Setelah itu para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama.
5. Penarikan simpulan, kegiatan ini diharapkan mampu mengarahkan siswa untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa dalam sebuah dialog yang ditampilkan dalam pembelajaran tersebut.
6. Aktivitas Interpretatif, kegiatan ini merupakan kegiatan aktivitas yang mengarahkan sisw agar dapat menginterprestasikan beberapa dialog yang dilisankan atau dituliskan.
7. Aktivitas produksi lisan, kegiatan ini merupakan aktivitas produksi lisan yang dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai dengan aktivitas yang bebas.
8. Pemberian tugas, kegiatan ini merupakan kegiatan yang mengharuskan para siswa mengerjakan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah.
9. Pelaksanaan evaluasi, kegiatan ini merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan secara lisan sehingga kompetensi penguasaan bahasa secara komunikatif dapat di ukur.
Namun demikian terdapat masalah pokok yang harus dipecahkan bersama kaitannya dengan pembelajaran bahasa indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif.
Menurut Richards dan Rodgers (dalam Tarigan, 1989: 297), masalah- masalah di atas merupakan permasalahan yang tidak dapat dijawab atau dipecahkan dengan sekedar mengusulkan taksonomi- taksonomi dan beberapa klasifikasi yang telah lanjut dan terperinci, tetapi justru membutuhkan investigasi sistematik mengenai penggunaan/ pelaksanaan berbagai ragam kegiatan dan prosedur dalam pembelajaran kelas bahasa kedua (bahasa Indonesia).
2.5. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Komunikatif.
Strategi merupakan rancana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam kaitan dengan pembelaja bahasa indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif, di dalamnya mencakup beberapa komponen, seperti:
1. Tujuan, berdasarkan pendekatan komunikatif tujuan pembelajaran adalah mengembangkan kompetensi komunikatif para pembelajar bahasa yang mencakup kemampuan menafsirkan bentuk- bentuk linguistik, baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun yang dinyatakan inflisit.
2. Materi, menurut Solehan, dkk (2006; 41), pendidikan komunikatif dalam pembelajaran bahasa sering diasosiasikan dengan silabus. Pemilihan materi silabus itu sendiri tidak didasarkan pada tingkat kesukaran dan kerumitan butir struktur, tetapi didasarkan pada kebutuhan pembelajaran. Oleh sebab itu analisis kebutuhan merupakan hal yang mutlak dan perlu dilakukan sebelum program pembelajaran bahasa indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif dilakukan.
3. Metode, metode yang paling tepat adalah komunikatif itu sendiri.
4. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif, kita mengenal empat teknik pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu untuk menambah khasanah kemampuan berikut ini disampaikan aneka teknik yang disalinkan dari Tarigan yang dikutip Solehan, dkk (2001, 6: 46).
a. Teknik Pembelajaran menyimak;
b. Tenik pembelajaran berbicara;
c. Teknik pembelajaran membaca; dan
d. Teknik pembelajaran menulis.
5. Media, Jenis dan macamnya beraneka ragam, pemilihannya harus didasarkan pada tuntutan pembelajaran yang ingin dicapai. Contoh: replika, gambar, duplikat, planel, kertas karton, radio, video, dll.
6. Evaluasi, sebenarnya ada tiga yang digunakan dalam pembelajaran bahasa yakni tes diskrit, tes integrative, dan tes pragmatik. Namun tes yang cocok umtuk pembelajran bahasa indonesia dengan pendekatan komunikatif hanya tes integrative dan tes pragmatif.

2.6. Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika dalam strategi penyampaian pengelolaan pembelajaran melalui pendekatan komunikatif, akan meningkatkan kemampuan menulis karangan menjadi 65% pada siswa kelas IV SDN NO. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo”.

2.7. Indikator Kinerja.
Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan menulis karangan siswa meningkat menjadi 85%. Jika strategi pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif, maka kemampuan menulis karangan akan meningkat.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
3.1.1. Setting Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN No. 33. sekolah ini terletak di Kecamatan Kota selatan Kota Gorontalo. Sekolah ini memiliki 12 ruang kelas, 1 dewan guru, 1 perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, dan 1 ruangan komputer. Sedangkan jumlah siswa SDN No. 33 adalah 501 orang, laki- laki berjumlah 257 orang sisiwa sedangkan perempuan 244 orang siswa. Peneliti adalah tenaga pengajar sekaligus wali kelas IV dan penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2010/ 2011.

3.1.2. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV yang berjumlah 41 orang siswa, dengan komposisi siswa laki laki 24 orang sedangkan siswa perempuan berjumlah 17 orang yang mempunyai kemampuan belajar yang bervariasi.

3.2. Metode Penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

3.3. Teknik Pengumpulan Data.
Sumber data diperoleh dari siswa kelas IV SDN No. 33 Kota Selatan Kota Gorontalo yang berjumlah 41 orang, dan guru mitra sekolah. Jenis data berupa data berupa data primer dan data sekunder yang terdiri dari 1).hasil tes proses belajar dan tes hasil belajar; 2). Rencana Pembelajaran (RPP); 3). Data dari lapangan/ jurnal; 4). Hasil lembar observasi balikan siswa; 5). Observasi.
Cara Pengambilan data dilaksanakan saat situasi pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi yang menyangkut tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

3.4. Tahap Pemantauan Dan Evaluasi.
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh guru kelas lain untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat. Adapun yang menjadi pedoman dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi adalah:
a. Semua yang menjadi indikator dari prestasi belajar siswa.
b. Alat pengumpul data telah disiapkan yakni
- Lembar observasi kegiatan pembelajaran.
- Lembar hasil evaluasi belajar siswa dan lembar kerja siswa yang diadakan pada kegiatan siklus.
Setelah melaksanakan tindakan secara keseluruhan, guru memberikan lembaran umpan balik kepada seluruh siswa untuk dinilai sebagai salah satu alat untuk mengevaluasi tindakan.
Prosedur awal dilaksanakan terdiri dari satu siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan dan capaian pemecahan masalah seperti: apakah telah dirancang, faktor- faktor apa yang diselidiki untuk melihat tingkat penguasaan, materi, apa yang dilaksanakan pada evaluasi awal.
Observasi awal yang dilaksanakan untuk dapat mengatasi tindakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa indonesia secara tertulis. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi setiap siklus, maka akan dilaksanakan refleksi yang mengarah pada pemecahan masalah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan semaksimal mungkin, dan penguasaan berbahasa secara tertulis dapat meningkat.
Pada tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil pemantauan dan evaluasi dianalisis secara kualitatif dan hasilnya akan digunakan untuk merefleksi diri bagaimana pendekatan komunikatif dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa. Sehingga dapat diketahui kelemahan- kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian ditindak lanjuti pada kegiatan siklus berikutnya.


3.4.1. Tahap Persiapan.
Dalam penelitian peneliti melakukan persiapan- persiapan berikut sebagai tahap awal kegiatan yaitu:
a. Menghubungi kepala sekolah guna memperoleh izin dan restu untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini, sekaligus berkonsultasi tentang guru yang akan menjadi mitra kerja, dalam hal ini membantu peneliti dalam mengadakan penelitian.
b. Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama kepala sekolah dan mitra kerja, dalam hal ini membantu peneliti dalam mengadakan penelitian.
c. Melakuakan observasi awal terhadap sebjek penelitian dalam rangka mengidentifikasi masalah.
d. Mengadakan analisis pokok permasalahan yang menjadi subjek penelitian.
e. Menganalisis dan menentukan faktor- faktor yang diduga sebagai penyebab utama masalah.
f. Pengkajian masalah sekaligus pembuatan alat observasi dan evaluasi, serta mendesain skenario pembelajaran sesuai dengan teknik pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
g. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan.


3.4.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang direncanakan. Dan kegiatan ini direncanakan dalam 2 siklus, yakni dalam setiap siklus 2 X pertemuan. Namun tetap memperhatikan kriteria keberhasilan siswa. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
Pada siklus ini, kegiatan dilakukan adalah melihat hasil karangan siswa. Setiap akhir dari siklus ini guru melakukan refleksi tindakan yang diberikan.
2. Siklus II
Dalam pelaksanaan siklus II ini, pembelajaran masih dengan kegiatan menulis karangan, namun penerapan tindakan dan pengamatan dikhususkan pada siswa yang belum mencapai hasil atau perubahan yang diharapkan.
Tiap siklus yang dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah di desain dalam faktor yang ingin diteliti. Pelaksanaan tindakan di awali dengan observasi awal, ini dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat yang akan diberikan dalam rangka mengembangkan keterampilan menulis siswa. Dari evaluasi dan observasi awal maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang akan digunakan untuk mengembangkan keterampilan menulis siswa.
Pada kegiatan refleksi, peneliti menganalisa data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menulis karangan dan menuliskan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Hasil dan analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan untuk melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi, kolaborator memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicatat untuk melakukan langkah- langkah perbaikan pada siklus berikutnya. Penelitian ini tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika analisis data menunjukkan peningkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu apabila kemampuan menulis karangan siswa meningkat dari 40% menjadi 85% dari hasil penilaian awal pada kelas IV SDN No. 33 Kota Selatan Gorontalo sehingga siswa dapat terampil menulis karangan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.

3.5. Analisis Data Dan Refleksi
Analisis data dilakukan dalam dua tahap yakni pertama menelaah data yang terkumpul dan mereduksi data. Kedua menyusun dan mereduksi semua data, menyimpulkan data yang terkumpul dalam satu siklus. Adapun kegiatan analisis data dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut:
1. Menelaah semua data yang telah terkumpul, baik melalui observasi, catatan lapangan, dan foto.
2. Mereduksi data dengan membuang data yang tidak relevan dengan masalah penelitian, misalnya data tentang pembelajaran yang difokuskan meningkatkan pembelajaran menulis dengan pendekatan komunikatif.
3. Menyajikan data yakni mengorganisasikan dan menyusun data yang telah direduksi dalam satuan- satuan pembelajaran meliputi tahap prabaca, saat baca, dan pasca baca. Hal ini memudahkan peneliti untuk memahami dan menyimpulkan data penelitian.
4. Menyimpulkan data yakni membuat simpulan berdasarkan data yang telah disusun. Penyimpulan data ini kemudian diikuti dengan pengecekan keabsahan data.
5. Analisis data dilaksanakan pada akhir pembelajaran atau pada akhir pelaksanaan PTK (Arikunto, Suharsini dkk. 2007).
Untuk mengklasifikasikannya didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Faktor kemampuan siswa
76% - 100% = Tinggi
50% - 75% = Sedang
0% - 49% = Rendah
b. Faktor Pembelajaran
76% - 100% = Sangat Mendukung
50% - 75% = Mendukung
0% - 49% = Kurang Mendukung

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing- masing siklus 1 kali pertemuan, yang di awali dengan observasi awal terhadap penelitian sebagai data awal yang menjadi dasar pilihannya dalam masalah penelitian ini. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN No. 33 Kelurahan Limba UI Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.
Sekolah ini dibangun pada tahun 1936 diatas tanah persegi dengan luas 28 x 28 meter. Tahun 1993 gedung sekolah ini di renovasi permanen kemudian tahun 2007 direnovasi menjadi bertingkat. Ruangan yang berada di sekolah ini berjumlah 17 ruang, yang terdiri dari ruang kelas ada 12 ruang dan 5 ruangan untuk kepala sekolah, dewan guru, UKS, perpustakaan, dan ruang komputer. Sedangkan jumlah siswa yang ada di sekolah ini adalah 501 orang siswa, yang terdiri dari laki- laki berjumlah 257 orang siswa, dan perempuan berjumlah 244 orang siswa. Sedangkan tenaga pengajar/ guru berjumlah 27 orang, terdiri dari 19 orang yang sudah PNS (guru tetap) dan 8 orang tenaga honorer.



4.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN No. 33 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo yang berjumlah 41 orang siswa terdiri dari laki- laki 24 orang sedangkan perempuan berjumlah 17 orang.
Adapun nama siswa kelas IV SDN No. 33 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo, dapat dilihat dalam tabel 1:


Tabel 1. Daftar Nama Siswa kelas IV SDN No. 33 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo

NO NAMA SISWA JENIS KELAMIN
1 Afrizal Lamusu Laki- laki
2 Andri Nusi laki- laki
3 Baariq A. Yahya laki- laki
4 Boby A. Mooduto laki- laki
5 Darmawan Katili laki- laki
6 Dafid B. Rasyid laki- laki
7 Fajri Ali laki- laki
8 Ferry A. Dien laki- laki
9 Fikri K. Paramata laki- laki
10 Haikal Alulu laki- laki
11 Moh. Bahari Syarif. laki- laki
12 Moh. Farid Kadir laki- laki
13 Moh. Ridho Kaida laki- laki
14 Moh. Ikbal Kalulu laki- laki
15 Moh. Ikbal Laminullah laki- laki
16 Moh. Rizal Pade laki- laki
17 Moh. Fitrah Khairul Imami laki- laki
18 Moh. Rifqi Satar laki- laki
19 Mufti Ahmad laki- laki
20 Oku R. Pratama laki- laki
21 Sultan M. Awaluddinsyah laki- laki
22 Vandi Said laki- laki
23 Yusril A. Sumba laki- laki
24 Zulkifli R. Abas laki- laki
25 Anatasya Lahay Perempuan
26 Aprisul A. Kamarudin Perempuan
27 Chairunisa Katili Perempuan
28 Jlan N. Masali Perempuan
29 Jeane K. Tangahu Perempuan
30 Miftahul Jannah A. Perempuan
31 Nuraida Indrawati Perempuan
32 Nurlailatul S. Lanti Perempuan
33 Nur Anisa Bempah Perempuan
34 Nur Oktaviana Perempuan
35 Prailla L. Karauwan Perempuan
36 Risma H. Perempuan
37 Rizka A. Thalib Perempuan
38 Salsabila Pratiwi A. Perempuan
39 Sasya S. Yusuf Perempuan
40 Tania I. Yahya Perempuan
41 Widya L. Husain Perempuan
J U M L A H S I S W A 41 Orang
Menurut pengamatan peneliti secara fisik dan intelegensi, mereka memiliki kecakapan atau kemampuan hampir sama atau rata- rata. Kelas ini dipilih sebagai kelas penelitian karena ditemukan masalah tentang kemampuan menulis karangan yang harus diperbaiki.

4.1.2. Deskripsi Data Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Berdasarkan hasil observasi terhadap kondisi awal di SDN No. 33 kota selatan kota Gorontalo, ditemukan beberapa masalah yang paling menonjol yang diangkat dari penelitian ini yakni sebagian siswa masih sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis, yang disebabkan oleh faktor kebahasaan yang belum dipahami betul oleh siswa ataupun metode yang digunakan kurang tepat, sehingga peneliti memberikan respon kepada 16 siswa (60%) adalah siswa yang berprestasi baik di kelas, sementara 25 siswa (40%) adalah siswa yang mempunyai kemampuan sedang dan rendah. Melihat kondisi tersebut peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk memperbaiki nilai karangan siswa tersebut dengan memperhatikan hal- hal yang harus dibenahi lagi dalam proses pembelajaran masih kurang.
Adapun hasil observasi kondisi awal kemampuan menulis karangan siswa kelas IV sebelum diadakan tindakan dapat dilihat dalam tabel berikut:


Tabel 2. Hasil Kemampuan menulis karangan siswa kelas IV dalam proses pembelajaran


NO
NAMA SISWA ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKATIF SISWA Skor Penilaian
Gramatika Sosio
linguistik Wacana strategi Max Pemerolehan
1 Afrizal Lamusu 5 10 5 5 100 25
2 Andri Nusi 10 10 10 10 100 40
3 Baariq A. Yahya 10 10 10 10 100 40
4 Boby A. Mooduto 5 10 10 10 100 35
5 Darmawan Katili 10 20 10 10 100 50
6 Dafid B. Rasyid 5 10 5 5 100 25
7 Fajri Ali 15 25 5 5 100 50
8 Ferry A. Dien 10 10 5 5 100 30
9 Fikri K. Paramata 5 20 5 5 100 35
10 Haikal Alulu 5 20 5 5 100 35
11 Moh. Bahari Syarif. 5 20 10 10 100 45
12 Moh. Farid Kadir 5 10 10 10 100 35
13 Moh. Ridho Kaida 5 10 10 10 100 35
14 Moh. Ikbal Kalulu 10 10 10 10 100 40
15 Moh. Ikbal Laminullah 5 10 10 10 100 35
16 Moh. Rizal Pade 5 10 5 5 100 25
17 Moh. Fitrah Khairul Imami 10 10 10 10 100 40
18 Moh. Rifqi Satar 5 10 5 5 100 35
19 Mufti Ahmad 5 10 5 5 100 25
20 Oku R. Pratama 5 10 5 5 100 25
21 Sultan M. Awaluddinsyah 10 10 10 10 100 40
22 Vandi Said 15 25 20 20 100 80
23 Yusril A. Sumba 15 25 20 20 100 80
24 Zulkifli R. Abas 5 20 15 15 100 55
25 Anatasya Lahay 5 20 15 15 100 55
26 Aprisul A. Kamarudin 5 10 5 5 100 25
27 Chairunisa Katili 5 10 10 10 100 35
28 Jilan N. Masali 10 10 15 15 100 50
29 Jeane K. Tangahu 5 10 5 5 100 25
30 Miftahul Jannah A. 5 10 5 5 100 25
31 Nuraida Indrawati 5 10 5 5 100 25
32 Nurlailatul S. Lanti 10 20 15 15 100 60
33 Nur Anisa Bempah 10 10 5 5 100 30
34 Nur Oktaviana 10 20 15 15 100 60
35 Prailla L. Karauwan 5 10 5 5 100 25
36 Risma H. 5 10 5 5 100 25
37 Rizka A. Thalib 5 10 5 5 100 25
38 Salsabila Pratiwi A. 5 10 5 5 100 25
39 Sasya S. Yusuf 5 10 5 5 100 25
40 Tania I. Yahya 10 20 15 15 100 60
41 Widya L. Husain 15 25 20 20 100 80
Rata- Rata 39,39

Dilihat dari tabel di atas masih banyak siswa yang tidak menguasai aspek dari kemampuan menulis karangan dan untuk itu harus diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran.
Tabel 3. Hasil persentase kemampuan siswa menulis karangan
NO ASPEK PENILAIAN JUMLAH SKOR PROSENTASE %
1 Kemampuan Gramatika 305 12,2
2 Kemampuan sosiolinguistik 560 14,4
3 Kemampuan wacana 370 14,8
4 Kemampuan strategi 375 15
Jumlah 55,6

Pada kondisi awal ini dilihat bahwa kemampuan siswa menulis karangan deskripsi pada aspek kemampuan gramatika diperoleh dengan prosentase mencapai 12,2%, kemampuan sosiolinguistik dengan prosentase 14,4%, kemampuan wacana 14,8% dan kemampuan strategi 15% sedangkan jumlah keseluruhan dari aspek penilaian ini masih mencapai 55,6%. Dari hasil prosentase tersebut maka kemampuan siswa dalam menulis karangan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada awal kondisi ini pembelajaran belum optimal yang disebabkan oleh kurangnya interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran mengingat terbatasnya waktu yang ada, disamping itu juga penggunaan media dalam pembelajaran yang masih kurang bervariasi. Untuk menindak lanjuti hal tersebut peneliti melakukan tindakan siklus I.


4.2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan
4.2.1. Tindakan Siklus I
a. Tahap Persiapan dan Perencanaan I
Setelah dilakukan observasi dan ketahui kemampuan awal siswa, maka langkah yang selanjutnya sibuat rencana untuk tindakan siklus I yaitu dalam proses pembelajaran diberikan pendekatan komunikatif sehingga siswa dapat termotivasi.

b. Tahap Pelaksanaan dan Motoring siklus I
Kegiatan tindakan yang dilakukan guru pada siklus I ini yaitu hal yang pertama kali dilakukan oleh guru membahas kembali tentang cara mengarang dengan menggunakan pendekatan komunikatif, selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal- hal yang belum dimengerti mengenai materi yang diajarkan. Setelah itu dengan bimbingan guru siswa diminta untuk menulis karangan dengan tema yang telah ditentukan.
Dalam pembelajaran ini guru masih mengalami kendala dan belum dapat mengontrol secara maksimal keseluruhan dari aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran karena mengingat terbatasnya waktu yang tersedia dengan jumlah siswa yang ada sehingga guru tidak dapat membimbing siswa dalam menulis karangan.


4.2.2. Aktivitas Siswa Pada Pelaksanaa Tindakan Siklus I
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan komunikatif secara individu pada siklus I cukup baik, hal ini terlihat bahwa siswa tertarik dan serius dengan menggunakan metode ini, yakni respon siswa dalam menulis sebuah sebuah karangan bebas tentang pengalaman pribadi saat liburan kemudian membacakannya di depan kelas.

4.2.3. Evaluasi dan Monitoring Siklus I
Pada akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah diadakan tindakan berupa guru menjelaskan kembali tentang cara mengarang berdasarkan ungkapan pikiran yang harus disesuaikan dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya dan langkah- langkah yang harus diperhatikan dalam kegiatan mengarang beserta contoh karangan yang diberikan guru. Sebelum pembelajaran menulis karangan, guru menjelaskan ide- ide pokok yang akan ditulis siswa atau gambaran tentang tema karangan yang akan ditulis siswa agar siswa dapat mudah menuangkan isi pikirannya dalam karangan tersebut.
Pada siklus ini setelah dikenai tindakan dengan menggunakan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran, kemampuan menulis karangan siswa sudah menunjukkan peningkatan yang lebih baik dari yang sebelumnya walaupun belum semua siswa, karena perbedaan cara penerimaan siswa terhadap materi yang diajarkan ada yang lambat dan cepat, untuk itu guru harus lebih berusaha lagi dan sabar membinmbing siswa tersebut. Adapun peningkatan tindakan siklus I diuraikan dalam tabel berikut:


Tabel 4. Hasil Menulis Karangan Pada Siklus I

NO
NAMA SISWA ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKATIF SISWA Skor Penilaian
Gramatika Sosio
linguistik Wacana strategi Max Pemerolehan
1 Afrizal Lamusu 10 20 10 10 100 50
2 Andri Nusi 15 30 10 15 100 70
3 Baariq A. Yahya 10 10 10 10 100 40
4 Boby A. Mooduto 10 20 10 10 100 50
5 Darmawan Katili 10 20 15 10 100 55
6 Dafid B. Rasyid 15 30 10 15 100 70
7 Fajri Ali 10 20 15 10 100 55
8 Ferry A. Dien 10 20 10 10 100 50
9 Fikri K. Paramata 20 30 15 20 100 85
10 Haikal Alulu 10 20 15 10 100 55
11 Moh. Bahari Syarif. 15 30 10 15 100 70
12 Moh. Farid Kadir 15 30 10 15 100 70
13 Moh. Ridho Kaida 10 20 15 10 100 70
14 Moh. Ikbal Kalulu 10 20 15 10 100 55
15 Moh. Ikbal Laminullah 20 30 15 20 100 55
16 Moh. Rizal Pade 10 10 15 10 100 85
17 Moh. Fitrah Khairul Imami 10 10 10 10 100 55
18 Moh. Rifqi Satar 10 10 10 10 100 50
19 Mufti Ahmad 10 10 10 10 100 50
20 Oku R. Pratama 15 10 10 15 100 50
21 Sultan M. Awaluddinsyah 10 10 10 10 100 70
22 Vandi Said 15 30 10 15 100 50
23 Yusril A. Sumba 10 20 15 10 100 70
24 Zulkifli R. Abas 15 30 10 15 100 55
25 Anatasya Lahay 10 10 15 10 100 70
26 Aprisul A. Kamarudin 10 10 10 10 100 55
27 Chairunisa Katili 10 10 15 10 100 50
28 Jilan N. Masali 10 10 10 10 100 50
29 Jeane K. Tangahu 10 10 15 10 100 55
30 Miftahul Jannah A. 10 10 15 10 100 55
31 Nuraida Indrawati 10 10 15 10 100 55
32 Nurlailatul S. Lanti 10 10 15 10 100 55
33 Nur Anisa Bempah 10 10 10 10 100 50
34 Nur Oktaviana 10 10 15 10 100 55
35 Prailla L. Karauwan 10 10 10 10 100 50
36 Risma H. 10 10 10 10 100 50
37 Rizka A. Thalib 10 10 10 10 100 50
38 Salsabila Pratiwi A. 10 20 10 10 100 50
39 Sasya S. Yusuf 10 20 10 10 100 50
40 Tania I. Yahya 20 30 15 20 100 85
41 Widya L. Husain 20 30 15 20 100 85
Rata- Rata 58,65

Dilihat dari tabel di atas dinyatakan bahwa masih terdapat siswa yang tidak menguasai semua aspek dari kemampuan menulis karangan dan nilai rata- rata yang diperoleh belum mencapai apa yang diharapkan. Data dipersentasikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Prosentase Kemampuan Siswa menulis karangan
NO ASPEK PENILAIAN JUMLAH SKOR PROSENTASE
1 Kemampuan Gramatika 305 12,2
2 Kemampuan sosiolinguistik 565 22,6
3 Kemampuan wacana 375 15
4 Kemampuan strategi 375 15
Jumlah 64,8

Pada siklus I terlihat bahwa kemampuan gramatika siswa menulis karangan telah mengalami peningkatan yang ditujukkan dengan perolehan mencapai 12,2%, kemampuan sosiolinguisti mencapai 22,6%,kemampuan wacana mencapai nilai 15%, sedangkan kemampuan strategi mencapai nilai 15%. Dari semua aspek penilaian berjumlah 64,8%. Pada siklus I kemampuan menulis karangan siswa lebih meningkat dibandingkan dengan kondisi awal. Peneliti menginginkan semua aspek dari kemampuan menulis karangan dengan menggunakan pendekatan komunikatif tercapai memenuhi standar target yang diharapkan yakni 75% ke atas.



4.2.4. Refleksi dan Revisi Siklus I.
Dalam kegiatan ini merupakan upaya untuk mengkaji tindakan yang telah dilakukan sebelumnya da kendala-kendala yang ditemui. Disamping itu untuk melakukan revisi terhadap materi belajar guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih maksimal dari sebelumnya.
Refleksi juga merupakan bagian yang penting dalam setiap langkah proses penelitian tindakan untuk mengatasi permasalahan dengan merevisi sebelumnya sesuai apa yang ditemui di lapangan yaitu : tahap penemuan masalah, tahap merancang tindakan dan tahap pelaksanaan.
Dengan melihat hasil evaluasi dan monitoring, maka pada pelaksanaan siklus I belum banyak peningkatan dan hasilnya belum optimal. Permasalahan pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis karangan kelas IV yaitu permasalahan yang berasal dari siswa dan permasalahan guru. Permasalahan dari siswa yang ditemui pada saat pelaksanaan tindakan adalah siswa kurang memahami bentuk karangan yang sebenarnya dalam kemampuan gramatika. Sedangkan kendala dihadapi guru saat pelaksanaan proses pembelajaran yaitu terbatasnya waktu yang ada sehingga pembelajaran menulis ini krangan ini belum dapat dilakukan secara optimal. Keterbatasan strategi mengajar yan digunkan sehingga pembelajaran menulis karangan kurang menarik ada beberapa siswa yang sulit dalam menulis karangan.
Hasil refleksi menunjukkan berupa temuan tingkat keefektifan desain pembelajaran dalam menulis karangan dan daftar permasalahan yang muncul dilapangan dituangkan kembli kedalam rancangan tindakan refleksi terhadap rancangan yang telah disusun kembali kedalam tindakan sebelum digunakan.
Adapun kesimpulan hasik refleksi antara guru dan peneliti yang berupa peningkatan keefektifan pembelajaran menulis karangan dan peningkatan keefektifan pembelajaran menulis karangan yaitu : kemampuan gramatika siswa menulis karangan telah mengalami peningkatan yang ditujukkan dengan perolehan mencapai 12,2%, kemampuan sosiolinguisti mencapai 22,6%,kemampuan wacana mencapai nilai 15%, sedangkan kemampuan strategi mencapai nilai 15%. Dari semua aspek penilaian berjumlah 64,8%.
Untuk mengungkapkan apakah ada peningkatan dalam belajar menulis karangan melalui pendekatan komunikatif? Berdasarkan pedoman tersebut hasil tes belajar menulis karangan siswa sudah mulai meningkat dengan rata- rata 58,64% dibandingkan dengan kondisi awal yang rata - rata 39,39%.
Permasalah ditemui oleh guru dala proses pelaksanaa pembelajaran pada siklus I kemampuan menulis karangan melalui pendekatan komunikatif belum sempurna yaitu : (1) guru belum dapat mengontrol setiap kegiatan siswa dalam mengarang karena terbatasnya waktu (2) masih ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan untuk menggunakan kemampuan gramatika, kemampuan sosiolinguistik, wacana, dan strategi sehingga masih perlu bimbingan dari guru (3) masih ditemui siswa yang sulit mengembangkan ide pokok menjadi paragraf yang baik dan benar Berdasarkan hasil refleksi yag dilakukan guru dan peneliti, dapat disimpulkan bahwa ada beberpa permasalahan yang muncul pada saat proses pelaksanaan siklus I, maka dilakukan revisi pada rancangan tindakan. Kendala untuk siklus I merupakan rancangan tindakan sebagai berikut :
a. Pada rancangan tindakan alokasi waktu yang sebelumna rincian pada setiap kegiatan pembelajaran, guru sepakat merincikan waktu pada setiap kegiatan pembelajaran dan alat peraga yang besar supaya jelas. Adapun rincian waktu kegiatan sebagai berikut : (a) kegiatan awal sampai kegiatan penjelasan cara- cara menulis karangan yang baik (b) menulis karangan secara individu (c) dua atau tiga orang siswa membaca hasil karangan atau mempublikasikannya di depan kelas (d) tindak lanjut. Hal ini sangat beralasan mengingat rincian waktu pada setiap kegiatan sangat dibutuhkan guru untuk memandu setiap kegiatan agar pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan.
b. Hal- hal yang berhubungan dengan pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan pendekatan komunikatif dirasakan guru belum dilaksanakan dengan sempurna oleh guru, dan akan diperbaiki di siklus berikutnya.
4.2.5. Deskripsi Tindakan siklus II
A. Tahap Persiapan.
Pada tindakan siklus II ini memulai pelajaran guru telah mempersiapkan hal- hal yang menunjang untuk kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan pendekatan komunikatif yang memperhatikan kekurangan- kekurangan yang harus dibenahi pada pembelajaran sebelumnya.
Guru memberi tahu cara- cara menulis karangan yang baik kepada anak secara klasikal, setelah itu guru menyuruh anak- anak menulis karangan sedangkan peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan observasi. Materi yang diberikan pada tindakan siklus II adalah menulis karangan dengan tema yang ditentukan oleh guru.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1). Kegiatan Guru Pada Pelaksanaan Siklus II
Pada pelaksanaan siklus I menulis karangan dengan menggunakan pendekatan komunikatif sudah cukup baik walaupun masih ada beberapa hasil dari karangan siswa masih harus diperbaiki dan kekurangan- kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II ini guru lebih aktif lagi dan bisa mengkondisikan waktu untuk dapat membimbing setiap siswa dalam mengarang dan guru sudah dapat mengontrol seluruh isi kelas sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Guru begitu sabar untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan kepada siswa. Guru mendekati dan membimbing siswa secara individu maupun klasikal sehingga siswa merasa aman, senang, serta pada gilirannya siswa aktif dan mandiri.

2. Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tindakan Siklus II.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II ini khususnya kegiatan mengarang menggunakan pendekatan komunikatif. Terlihat bahwa siswa sangat tertarik dan memiliki kemauan yang sangat tinggi dalam kegiatan menulis karangan. Siswa penuh perhatian pada saat guru memberi contoh cara menulis karangan yang baik dan selanjutnya hal- hal yang belum dimengerti siswa tanpa ragu- ragu menanyakan hal tersebut kepada guru.
Setelah diadakan proses pembelajaran masih ada siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan dan guru harus kerja keras untuk membantu siswa yang selalu mengalami kesulitan dalam aspek gramatika. Guru sangat sabar dan tak pernah mengeluh untuk membimbing siswa agar dapat menguasai materi yang diajarkan. Siswa terlihat aktif dari yang sebelumnya hal ini dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam membantu teman- teman lain yang masih mengalami kesulitan sehingga hal ini merupakan kepuasan tersendiri dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan peneliti itu sendiri.


3. Observasi Dan Monitoring Siklus II
Hasil observasi dan monitoring pada tindakan kelas siklus II dapat dilaporkan bahwa pada pelaksanaan siklus II pembelajaran menulis karangan melalui pendekatan komunikatif terlihat adanya peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya yaitu anak menjadi aktif, kemauan untuk mencari tau lebih tinggi dan perhatian siswa meningkat sehingga nilai siwa menjadi lebih baik dari nilai sebelumnya
Peningkatan menlis karangan narasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil mengarang Siklus II

NO
NAMA SISWA ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKATIF SISWA Skor Penilaian
Gramatika Sosio
linguistik Wacana strategi Max Pemerolehan
1 Afrizal Lamusu 20 25 15 15 100 75
2 Andri Nusi 20 20 20 20 100 80
3 Baariq A. Yahya 20 20 20 20 100 80
4 Boby A. Mooduto 20 20 20 20 100 80
5 Darmawan Katili 20 20 20 20 100 80
6 Dafid B. Rasyid 20 20 20 20 100 80
7 Fajri Ali 20 20 20 20 100 80
8 Ferry A. Dien 20 20 20 20 100 80
9 Fikri K. Paramata 20 20 20 20 100 80
10 Haikal Alulu 20 20 20 20 100 80
11 Moh. Bahari Syarif. 20 20 20 20 100 80
12 Moh. Farid Kadir 25 35 15 20 100 95
13 Moh. Ridho Kaida 20 25 15 15 100 75
14 Moh. Ikbal Kalulu 20 20 20 20 100 80
15 Moh. Ikbal Laminullah 20 25 15 15 100 75
16 Moh. Rizal Pade 25 35 15 20 100 95
17 Moh. Fitrah Khairul Imami 20 25 15 15 100 75
18 Moh. Rifqi Satar 20 25 15 15 100 75
19 Mufti Ahmad 20 25 15 15 100 75
20 Oku R. Pratama 20 25 15 15 100 75
21 Sultan M. Awaluddinsyah 20 25 15 15 100 75
22 Vandi Said 20 25 15 15 100 75
23 Yusril A. Sumba 20 25 15 15 100 75
24 Zulkifli R. Abas 20 25 15 15 100 75
25 Anatasya Lahay 20 20 10 20 100 70
26 Aprisul A. Kamarudin 20 20 10 20 100 70
27 Chairunisa Katili 20 25 15 15 100 75
28 Jilan N. Masali 20 25 15 15 100 75
29 Jeane K. Tangahu 20 20 10 20 100 70
30 Miftahul Jannah A. 20 25 15 15 100 75
31 Nuraida Indrawati 20 25 15 15 100 75
32 Nurlailatul S. Lanti 25 25 15 20 100 85
33 Nur Anisa Bempah 25 35 15 20 100 95
34 Nur Oktaviana 25 25 15 20 100 85
35 Prailla L. Karauwan 25 35 15 20 100 95
36 Risma H. 25 25 15 20 100 85
37 Rizka A. Thalib 25 35 15 20 100 95
38 Salsabila Pratiwi A. 20 25 15 15 100 75
39 Sasya S. Yusuf 20 25 15 15 100 75
40 Tania I. Yahya 25 35 15 20 100 95
41 Widya L. Husain 25 35 15 20 100 95
Rata- Rata 80,12

Tabel 7. Hasil Prosentase siklus II Kemampuan Siswa menulis karangan
NO ASPEK PENILAIAN JUMLAH SKOR PROSENTASE
1 Kemampuan Gramatika 505 20,2
2 Kemampuan sosiolinguistik 765 30,6
3 Kemampuan wacana 520 20,8
4 Kemampuan strategi 575 23
Jumlah 94,6

Pada siklus II terlihat bahwa kemampuan siswa menulis karangan sudah meningkat drastis dan berhasil dengan cukup baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata- rata yang mencapai 80,12%. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi awal dengan skor rata-rata adalah 39,39%, setelah diadakan tindakan dengan mengunakan pendekatan komunikatif rata- rata meningkat yaitu pada siklus I menjadi 58,65%, dan pada siklus II menjadi 80,12%.
Pada aspek –aspek kemampuan menulis karangan diperoleh prosentase sebagai berikut : pada observasi awal aspek penilaian diperoleh presentase 55,6% setelah melakukan siklus I prosentse mencapai 64,8%, sedangkan pada siklus II prosesntase mencapai 89% . Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan kepada siswa .



4.2.6. Rekapitulasi Rancangan Tindakan Siklus II
Setelah melihat hasil dari perolehan pada siklus II, guru bersama peneliti mengadakan diskusi mengenai hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses tindakan yang dituangkan secara jelas dan lengkap ke lembar pengamatan, melakukan observasi terhadap proses tindakan berlangsung didukung dengan hasil dialog guru kelas sebagai kolaboratif.
Pada pelaksanaan tindakan peneliti mengamati secara rutin dan sistematis dengan menggunakan lembar pengamatan yang disediakan sebelumnya dan mencatat semua yang berlangsung pada proses tindakan, sehingga proses tindakan pada tahap ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi dalam refleksi.
Adapun kesimpulan hasil refleksi antara guru dan peneliti yang berupa peningkatan keefektifan pembelajaran menulis karangan meggunakan pendekatan komunikatif dan peningkatan keefektifan pembelajaran menulis karangan yaitu: aspek kemampuan gramatika memperoleh jumlah prosentase mencapai 20,2%, aspek kemampuan sosiolinguistik mencapai 30,6%, aspek kemampuan wacana mencapai 20,8%, sedangkan aspek kemampuan strategi mencapai 23%. Dari hasil tersebut maka standar keberhasilan pembelajaran dapat dituntaskan dengan baik.



4.3. Pembahasan
Peningkatan kemampuan menulis karangan siswa dapat meningkat jika guru melakukan pendektan komunikatif setelah dibandingkan dengan kondisi awal sebelum diberi tindakan dengan kondisi siswa setelah diberi tindakan dari siklus I ke siklus II. Dengan menggunakan pendekatan komunikatif siswa dapat menulis kata dalam kalimat dengan baik. Siswa lebih mudah dalam menulis karangan dan hasil karangan pun baik, walaupun dalam pelaksanaannya masih mengalami hambatan. adapun hambatan tersebut dalam menulis berupa kurangnya latihan di rumah dan hanya menulis karangan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga kata- kata dalam penulisan karangan masih ada kejanggalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan mengalami peningkatan setelah menggunakan pendekatan komunikatif. Pada kondisi awal tanpa menggunakan pendekatan komunikatif skor rata- rata adalah 39,39% meningkat yaitu pada siklus I menjadi 58,65% dan pada siklus II menjadi 80,12%.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar seri. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi awal dengan skor rata-rata adalah 39,39%, setelah diadakan tindakan dengan mengunakan pendekatan komunikatif rata- rata meningkat yaitu pada siklus I menjadi 58,65%, dan pada siklus II menjadi 80,12%.
Pada aspek –aspek kemampuan menulis karangan diperoleh prosentase sebagai berikut : pada observasi awal aspek penilaian diperoleh presentase 55,6% setelah melakukan siklus I prosentse mencapai 64,8%, sedangkan pada siklus II prosesntase mencapai 89% . Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan kepada siswa .

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut :
a. Lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran baik dikelas maupun luar kelas.
b. Kepala sekolah hendaknya lebih menekankan kepada guru untuk menggunakan media pembelajaran untuk kelancaran proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan ke depan.
c. Guru Bahas Indonesia sekolah dasar diharapkan dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan pendekatan komunikatif yang dapat mendukung kelancaran pembelajaran tersebut khususnya dalam pembelajaran ketrampilan menulis karangan.
d. Dalam pembelajaran menulis guru lebih mengefektifkan waktu yang ada sehingga pembelajaran tersebut dapat makna.
e. Dalam penggunaan model pembelajaran yang ditampilkan lebih bervariasi sehingga siswa lebih tertarik dan ingin tahu yang lebih tinggi.
f. Peneliti hendaknya lebih banyak mencari infrmasi tentang medi pembelajaran apa saja yang digunakan dapat menunjang kegiatan pembelajaran ketrampilan menulis di SD sehingga hal tersebut menjadi suatu pengetahuan yang nantinya akan diterapkan pada anak- anak didik nanti.
g. Memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ditemui pada saat penelitian untuk menjadi pengalaman dan motivasi ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi AksaraIstanti, Wati. 2007.

Andi The Liong Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta

Djago, Drs (1996). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Angkasa

Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas,Dikti, Direktorat Ketenagaan

Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah

Khaerudin Kurniawan, Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut, FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Leonard,Mary. 2002:99. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Kaifa

Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Parera, Jos Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga

Purwanto,M.Ngatini,dan Djamilah Alim. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, Bandung: Rosda Karya.

Rahmawati, Laili Etika. 2007. Pengaruh Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Berbahasa Terhadap Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Tesis: Program Pascasarjana

Rahmawati, Titin. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Dengan Metode berkunjung ke Lingkungan Sekitar (Fiedl Trip) Pada Siswa Kelas V SD Negeri I Kulurejo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun ajaran 2007/2008. Skripsi: UNS

Rofi uddin, A.. 1998. Pengembangan Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Pendidikan Dasar dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jakarta: Dewan Riset Nasional, RUT IV.

Roesiyah. dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet

Semiawan, Conny; Munandar, A.S; dan Muandar, S.C.U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta:Gramedia.

Semi, M. Atar. 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya

Solehan.TW,dkk.2001.Hakikat Pendekatan, Prosedur, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Komunikatif dalam Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia (Modul UT). Jakarta: Pusat Penerbitan UT

Subana.M dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung. Pustaka Setia

Subyakto, Sri Utami dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia

Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra

Sumardi,200. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD Sebagai Sarana Pengembangan Kepribadian, Penalaran, Kreatifitas dan Keterampilan Berkomunikasi Anak. Jakarta: Grasindo

Suratimah dan Prakoso, Teguh.2003. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Grasindo

Sutiamiharja, Agus. dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti
Dekdikbud

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

………….Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD tahun 2006

………”Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Pada Siswa Kelas XII Progam Bahasa (PTK di SDN 3 Sukoharjo). Skipsi: UNS http//skripritha.blogspot.com..

……….”Menulis dan menyusun sebuah cerita, buku atau sajak”. http://id.wikipedia.org./wiki/karangan.

..........”Pengertian Pendekatan Komunikatif” http://wordpers.,komunikatif/com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar