SELAMAT DATANG DI BLOG MARGHARETA

SELAMAT DATANG DI BLOG MARGHARETA

Jumat, 14 Mei 2010

: meningkatkan kemampuan siswa untuk melafalkan Bunyi Bahasa Secara Tepat Dengan Menggunakan Metode Penugasan.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan program pembinaan Pendidikan Dasar dan skala menurut Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 adalah meningkatkan kualitas yang memadai. Salah satu kegiatan pokok dalam upaya peningkatan kualitas adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar.
Tujuan peningkatan mutu pendidikan terutama meningkatakan kompetensi peserta didik, sehingga bermoral tinggi berkemampuan adatif dan kompetitif untuk menghadapi perubahan zaman. Oleh karena itu peserta didik perlu memiliki kemampuan metakognitif dan kompetensi untuk berpikir dan belajar sebagaimana dalam lingkungan belajar terpadu antara belajar di sekolah dan belajar di luar sekolah. Demikian pula peserta didik perlu mampu mengakses, memilih, menilai, pengetahun dan informasi yang diperoleh serta mampu mengatasi situasi yang rumit, mencari solusi terhadap masalah yang tidak dapat dipecahkan dan mampu mengatasi keadaan- keadaan yang terlihat secara kasat mata.
Peningkatan mutu pendidikan pada subtansinya pendidikan yang meliputi kurikulum, penilaian , dan sumber pembelajaran merupakan bagian dari proses belajar mengajar termasuk di dalamnya cara-cara belajar Bahasa Indonesia.
Pembelajaran pada dasarnya menciptakan suasana agar peserta didik mau belajar subtansi yang mau dipelajari. Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, terletak pada kemampuan peserta didik mengelola, belajar, dan membangun struktur kognitif, efektif dan psikomotor.
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru-guru dengan anak didik. Dalam interaksi tersebut guru melakukan kegiatan yang disebut mengajar. Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tergantung pada guru untuk memberikan informasi bagaimana semestinya belajar yang efektif.
Keberhasilan pembelajaran yang efektif dalam membaca pidato akan menunjukkan tingkat pamahaman dan penyerapan bahan ajar yang telah diberikan , baik tidaknya hasil belajar dipengruhi oleh efektifitas dan efisiensi guru dalam mengajar. Sebagai peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Dasar, khususnya kelas tinggi hendaklah diperhatikan secara maksimal dalam memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia, karena Bahasa Indonesia dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui bagaimana mestinya belajar yang efektif dalam membaca pidato khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Keberhasilan anak didik dalam mencapai sesuatu, harus butuh arahan guru. Guru sebagai fasilitator bisa berikan yang terbaik bagi muridnya. Ketepatan dalam cara belajar siswa merupakan faktor belajar yang penting dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa khusunya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan urian latar belakang permasalahan di atas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca teks pidato di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Dembe I Kota Gorontalo.
2. Kurangnya ketertarikan siswa dalam membaca teks pidato di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Dembe I Kota Gorontalo.



1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk memudahkan dalam pembahasan ini penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan siswa membaca teks pidato .
2. Kendala- kendala apa yang dihadapi siswa dalam membaca teks pidato .

1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca teks pidato.
2. Untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang dihadapi siswa dalam membaca teks pidato.

1.5. Manfaat Penelitian
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagi berikut:
1. Bagi guru : Memberikan bahan masukan tentang pentingnya belajar efektif pada peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Bagi siswa : Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa proses belajar Bahasa Indonesia.
3. Bagi penulis : Sebagi pedoman bagi calon guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD)
4. Bagi sekolah : Sebagai bahan masukan pada siswa untuk meningkatkan cara belajar efektif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Membaca
2.1.1. Pengertian Membaca
Anderson, dkk (dalam Alkhadiah 1985: 21) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Membaca juga merupakan kemampuan yang kompleks menuntut untuk bekerja sama antara sejumlah kemampuan. Alkhadiah Sabarti, dkk (1991:22) membaca memiliki kemampuan yang luwes dalam artian sangat mudah dikaitkan dengan berbagai bidang studi, berbagai tujuan, berbagai pokok bahasan dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan. Dengan kemampuan membaca yang memadai mereka akan lebih mudah mencari informasi dari berbagai sumber. Dengan singkat pada waktu membaca pikiran sekaligus proses (1) informasi grafonik yang menyangkut antara bunyi tulisan dan bahasa (2) informasi sintaksis yang berhubungan dengan kalimat (3) informasi semantik yang menyangkut aspek makna dan erat hubungannya dengan pengalaman individu.
Burns (dalam Alkhadiah Sabarti 1992:23) menjelaskan bahwa pengertian atau pemahaman tentang membaca mengenai suatu tulisan merupakan hasil pengolahan berdasarkan informasi yang terdapat dalam tulisan itu yang dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Sejalan dengan itu, Kridalaksana (dalam Alkhadiah Sabarti 1993:135) mengatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenali, dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang- lambang grafis atau perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk- bentuk pemahaman diam- diam atau pengujaran keras- keras.
Membaca menurut Tarigan (1983: 7), adalah suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan, akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata- kata secara individual akan dapat diketahui. Apabila hal ini tidak terpenuhi maka pesan yang tersurat aau tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Membaca itu adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks karena dalam proses membaca itu tidak ubahnya dengan proses berfikir, seperti mengingat, memahami, membeda- bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa- apa yang terkandung dalam bacaan.
Pemahaman bacaan dapat diperoleh pembaca jika pembaca memiliki pengetahuan kebahasaan dan non kebahasaan. Selain itu pengetahuan yang luas dan pengalaman pembaca merupakan bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Pembaca harus mengenali konsep, kosakata serta latar yang terdapat dalam bacaan (Burn 1985, dalam Hariadi 1996/1997: 32).
Ulit (dalam buku cara membaca efektif dan http/www.geogle.com) mengemukakan tiga model membaca sebagai perolehan pemahaman, yaitu bawah ke atas (bottom up) atas ke bawah (top down) dan interaktif (interactive). Proses pemahaman bottom up dilakukan melalui pemahaman wacana secara utuh yang bersifat prediktif kemudian ditelaah makna paragraf, kalimat, frase, dan kata. Pemahaman interaktif merupakan campuran dari kedua proses tersebut.

2.1.2. Jenis- jenis Membaca.
Menurut Burns, (dalam Hariadi, 1996/1997:33), yang menjadi jenis- jenis dalam membaca adalah sebagai berikut:
1. Membaca berita
Wacana berita biasanya berisi berita tentang informasi yang mencakup peristiwa apa yang terjadi, siapa saja yang terlibat dalam peristiwa, dimana terjadinya peristiwa, kapan terjadinya peristiwa, bagaimana dan apa penyebab peristiwa itu.
2. Membaca petunjuk.
Petunjuk berisi tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan dan dijalankan. Sesuatu itu dpat berupa prosedur, misalnya seorang guru menyuruh para siswanya mengerjakan sesuatu dengan bantuan petunjuk tertulis menyusun karangan, membuat laporan hasil bacaan dan sebagainya.
3. Membaca Dialog
Dialog berarti percakapan dalam sandiwara, cerita dan sebagainya, atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. (KBBI, 1993: 231). Salah satu wujud antara dua tokoh atau lebih, adalah diskusi, interaksi antara peserta diskusi mungkin dua arah dan mungkin pula multi arah.
Berdasarkan jumlah peserta dialog dapat dibagi menjadi dua yakni dialog dua peserta dan dialog dengan jumlah peserta lebih dari dua. Dialog dengan telepon, tanya jawab, wawancara, berbincang empat mata atau lebih atau bicara secara pribadi. Dialog yang pesertanya lebih dari dua orang akan terjadi berbagai nama, symposium, debat, dan sebagainya.
4. Membaca Teks Pidato
Pada umumnya kita melihat dan mengetahui bahwa orang berpidato, itu adalah berbicara didepan massa untuk menyampaikan sesuatu. Dalam KBBI (1993:776), pidato artinya (1) mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, (2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan pada pidato pertanggung jawaban presiden didepan sidang DPR/MPR, pidato pengukuhan yang diucapkan secara tradisional oleh seorang guru besar universitas pada saat diangkat secara resmi, pidato radio yang disiarkan melalui radio, pidato perkenalan dan pidato perpisahan. Berpidato adalah berbicara dengan tidak mengunakan kata-kata yang dipadukan dengan kata kenegaraan, sehinnga menjadi bicara kenegaraan, bicara pengukuhan, bicara radio, berbicara perkenalan, bicara perpisahan, dan berbicara jamuan makan malam. Disini tampak dengan jelas bahwa penggunaan kata “ Berbicara” lebih luas dibanding “Pidato”
5. Membaca Karya ilmiah
Karya ilmiah adalah sesuatu yang ditulis seseorang yang biasanya disebut tulisan atau karangan. Sedangkan karangan mengacu pada ide non ilmiah. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metode penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah terbagi atas dua yaitu : karya ilmiah yang ditujukan pada masyarakat tertentu (profesionalisme) yang biasanya bersifat ilmiah tinggi. Sedangkan karya ilmiah yang ditujukan pada masyarakat umum, biasanya disebut dengan karangan ilmiah populer.
Dari sekian jenis-jenis membaca yang dikemukakan, peneliti mengambil salah satu jenis membaca teks pidato.

2.1.3. Tujuan Membaca
Adapun yang menjadi tujuan membaca antara lain hanya sekedar membekali siswa dengan penguasaan tehnik membaca, dengan membaca ini nantinya bisa memberikan informasi dan dapat memahami bahan bacaan yang diperlukan untuk pengembangan, bisa menumbuhkan kemampuan berfikir secara kritis, dan mendorong kreativiatas. Bagi lingkungan masyarakat tertentu, membaca merupakan kegiatan sehari- hari yang mempengaruhi kemampuan berfikir (Alkhadiah Sabarti, dkk 1991:15).

2.1.4. Proses Membaca
Dalam proses membaca teks pidato berarti proses penyampaian pidato didepan pendengar. Dalam menyampaikan pidato harus menggunakan teknik yang tepat, agar pidato itu lebih menarik, tidak monoton , dan tidak menjemukan. Hal – hal yang harus diperhatikan antara lain gerak – gerik didepan pendengar jangan kaku, tetapi harus bersifat wajar. Gerak – gerik dan komunikasi kita harus tertuju kepada pendengar.
Pelafalan kata – kata , intonasi kalimat, volume suara harus jelas, tegas dan tepat, diusahakan semua pendengar dapat mendengarkan apa yang diucapkan orator.
Adapun persiapan dalam membaca teks pidato antara lain..a). Mempersiapkan naskah teks pidato, b). mempersiapkan diri untuk membaca teks pidato.


2.1.5. Manfaat Membaca
Dalam hal ini menjadi manfaat dalam membaca menurut Burns (dalam Hariadi 1996/1997 : 32) adalah :
1. Membaca sebagai hasil pencapaian pikiran dan perasaan penulis dengan pembaca.
2. Membaca sebagai komunikasi karena adanya kesamaan pengetahuan dan asumsi antara pembaca dan penulis.
3. Membaca sebagai komunikasi yang bergantung pada pemahaman yang dirasakannya melalui semua proses membaca.

2.1.6. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Menurut Alkhadiah Sabarti, dkk (1991:26) mengungkapkan beberapa faktor kemampuan membaca yaitu:
1. Motivasi
Motivasi merupakan suatu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca terjadi karena rendahnya motivasi. Dalam hal ini motivasi yang bersifat intrinsik, yaitu yang bersumber pada membaca itu sendiri dan motivasi ekstrinsik, yaitu yang bersumber terletak di luar membaca itu.
2. Lingkungan Keluarga
Orang tua yang memiliki kesadaran pentingnya kemampuan membaca akan berusaha agar anak- anaknya memiliki kesempatan untuk belajar membaca. Kebiasaan orang tua membacakan cerita untuk anak- anaknya yang masih kecil merupakan merupakan usaha yang besar sekali artinya dalam menumbuhkan minat baca maupun perluasan pengalaman serta pengetahuan anak. Dalam hubungannya dengan lingkungan keluarga ini, sangat penting artinya kebiasaan bernalar diantara mereka.
3. Bahan Bacaan
Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam kemampuan memahaminya. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk seseorang akhirnya akan mematahkan selera untuk membacanya. Seorang anak yang diberi bacaan disajikan dalam struktur kalimat serta istilah- istilah yang terlalu tinggi baginya akhirnya akan menolak untuk membacanya.

2.1.7. Pembelajaran Membaca di SD
Kemampuan membaca permulaan ataupun kemampuan membaca lanjut yang diperoleh pada pembaca akan sangat berpengaruh terhap kemampuan membaca. Sebagai kemampuan membaca yang mendasar dan kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca benar- benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana- wacana yang memudahkan penanaman nilai- nilai ke Indonesiaan kepada anak didik, misalnya wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan, nusantara, dan kepariwisataan (Zuchdi Darmiyati, dan Budiash 1997: 49-50).

2.2. Hakikat Pidato.
2.2.1. Pengertian Pidato.
Menurut Pateda dan Pulubuhu (2003:262) pidato adalah bahan yang disampaikan secara lisan oleh seseorang kepada pendengar yang dilaksanakan pada tempat dan waktu tertentu berdasarkan alasan dan tujuan tertentu.
Menurut Evendhy Siregar (1984: 32) pidato adalah suatu proses komunikasi atau interaksi sosial antara si pembicara dengan para pendengarnya (komunikan).
Sedangkan menurut Prof. W. James (http/www.geogle.com) tentang pengertian pidato adalah keterampilan yang berhubungan dengan kelompok atau massa yang dipimpinnya untuk dipengaruhi dan diajak berfikir.
Dengan perkataan lain, dialog lahir dan batin antara si pembicara dengan para pendengarnya. Dalam proses seperti itu sering diperlukan unsur- unsur pidato yakni ide pidato, tema pidato, materi pidato, subjek pidato, objek pidato, dan efek dari pidato itu sendiri.

2.2.2. Jenis- Jenis Pidato
Menurut Pateda dan Pulubuhu (2003: 264), pidato dapat dibedakan menjadi:
1. Pidato Propaganda adalah pidato untuk membalikkan, meyakinkan, mempengaruhi perasaan, sikap dan pikiran orang lain atau memasukkan suatu paham kepada pihak lain sehingga orang tersebut merubah pendiriannya.
2. Pidato Agitasi adalah pidato yang menganjurkan, menghasut, akan suatu perbuatan sehingga menimbulkan pergerakan untuk tunjukkan kekerasan. Atau biasa disebut juga dengan pidato di depan massa dengan tujuan membakar semangat yang berkobar- kobar agar massa dapat ditarik untuk siap dapat digerakkan kepada suatu tindakan atau tujuan kekerasan.
3. Pidato Penerangan adalah pidato yang mengandung penerangan terhadap sesuatu, keadaannya sesuai dengan apa adanya dan tidak menyimpang dari persoalan yang sebenarnya.
4. Pidato kampanye adalah pidato yang sengaja dilakukan terbuka dan berbentuk masal, untuk menarik hati rakyat pemilih agar menjadi pengikut sesuatu kontestan pada waktu pemungutan suara diadakan.
5. Pidato Khotbah adalah pidato yang sering digunakan dalam acara- acara keagamaan.
6. Pidato ilmiah adalah pidato yang disampaikan secara khusus dan mendalam oleh seseorang ahli sesuai bidang keahliannya.

2.2.3. Tujuan Berpidato
Menurut Evendhy Siregar (1984: 8), yang menjadi tujuan utama dalam berpidato adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh tambahan bermacam- macam informasi yang selanjutnya dapat menggugah timbulnya bermacam- macam perasaan.
2. Agar dapat mempengaruhi orang lain bertindak langsung dan berhadapan dengan orang banyak.
3. Dapat mengungkapkan isi hati si pemberi pidato.
4. Agar dapat menciptakan dan mengembangkan paruhnya anggota kepada pemimpin dan organisasi.

2.2.4. Langkah- Langkah Berpidato
Menurut Evendhy Siregar (1984:79), langkah- langkah yang efektif dalam berpidato adalah sebagai berikut:
1. Membuat persiapan naskah pidato
2. Berpenampilan yang baik, akan menentukan sukses tidaknya sebuah pidato.
3. Mestinya menguasai massa dan situasinya.
4. Mengendalikan diri.

2.2.5. Membaca Teks Pidato
Menurut Pateda dan Pulubuhu (2003:262) membaca teks pidato adalah bahan yang disampaikan secara lisan oleh seseorang kepada pendengar yang dilaksanakan pada tempat dan waktu tertentu berdasarkan alasan dan tujuan tertentu.

2.2.6. Metode berpidato
Menurut Pateda dan Pulubuhu (2003:271), metode berpidato dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
a. Metode dadakan, seseorang tidak merencanakan untuk berpidato, tetapi tiba- tiba diminta untuk berpidato.
b. Metode naskah, naskah pidato disiapkan, lalu di hafal sebelum di pidatokan.
c. Metode menghafal, naskah pidato disiapkan, lalu di hafal sebelum di pidatokan.
d. Metode tuntas, maksudnya pemberi pidato mempersiapkan melalui ingatan, lalu berpidato tanpa melihat naskah atau catatan dan membawanya secara tuntas dan menarik.
Ada 4 metode yang lazim dipergunakan dalam berpidato, yang bersumber dari pembelajaran membaca teks pidato (http/www.geole.com) yaitu sebagai
Berikut: (1). Metode Impromtu yakni pidato dilakukan secara spontan tanpa persiapan sama sekali. Hanya yang dipandang mampu, ahli, atau berpengalaman yang biasanya diminta untuk menyampaikan dengan metode ini. (2) Metode Menghafal adalah
pidato yang dilakukan dengan menghafalkan teks/ naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kelemahan cara ini, orator/ siswa harus banyak
meluangkan waktu. Selain itu, orator/ siswa menjadi kurang komunikatif dan tidak bisa fleksibel mengikuti perkermbangan situasi. (3) Metode Naskah adalah metode
pidato dilakukan dengan membacakan naskah yang telah dipersiapkan sebelumnva. Biasanya dipergunakan untuk pidato-pidato resmi. Keuntungan cara ini, teks bisa disusun atau dibuatkan oleh orang lain. (4). Metode Ekstemporan adalah metode
pidato dilakukan dengan membuat persiapan secara garis besar. Selanjutnya dikembangkan sendiri dengan menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

2.3. Pembelajaran Membaca Teks Pidato kelas IV SD
Membaca Teks Pidato dengan pengucapan, lafal, intonasi, gaya dan penjiwaan yang tepat sangat besar kemungkinannya dalam suatu kesempatan nanti, jika kamu akan diminta untuk menyampaikan suatu pidato, entah karena jabatan yang
di duduki atau karena prestasi yang diraih. Namun, sering seseorang gundah dan berkelit ketika diminta memberikan pidato dalam suatu acara. Berbagai alasan dikemukakan, mulai dari kurang PD (percaya diri), demam panggung, belum berpengalaman, sampai tidak tahu apa yang harus dikatakan. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi karena ada bermacam-macam cara berpidato yang dapat dipilih sesuai kemampuan. Di antara metode- metode yang telah dikemukakan di atas, metode yang paling cocok bagi siswa atau yang baru belajar ataupun pertama kalinya melakukan, yaitu dengan metode naskah. Keuntungan metode ini adalah orator/ siswa tidak perlu berpikir tentang materi yang akan disampaikan. Semua kata yang akan diucapkan, sudah ditulis dalam naskah dan tinggal membacakannya. Naskah ditulis biasanya sebelum berpidato dan dapat meminta bantuan orang lain atau guru untuk memberi masukan materi pidatonya. Bahkan, ada yang sepenuhnya dibuatkan oleh orang lain. Sementara kelemahannya, yaitu seseorang harus mengeluarkan waktu lebih banyak untuk menyusun dan membacakannya. Karena terpaku pada teks, pidato menjadi tidak komunikatif. Tatapan mata kepada hadirin sebagai bentuk komunikasi tubuh menjadi kurang terjalin sehingga menjadi terlalu terikat dan kurang fleksibel beradaptasi dengan perkembangan situasi dan reaksi audiensi. Untuk mengimbangi kelemahan itu, orator/ siswa harus dapat menghidupkan naskah yang dibacanya dengan cara membacakan dengan pengucapan, lafal, intonasi, gaya, dan penjiwaan yang tepat dan baik. Oleh karena itu, selain mempersiapkan naskah pidato, penting sekali untuk berlatih terlebih dahulu sebelum siswa/ orator membacakan naskah teks pidato.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Barat Kota Gorontalo yang dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai bulan Februari sampai bulan Maret 2008.

3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan perkembangan peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo.

3.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sekolah, jumlah siswa dan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar. Observasi juga merupakan langkah awal yang digunakan untuk mengumpulkan data secara umum objek penelitian yakni mengamati secara langsung situasi dan kondisi di lapangan dengan berfokus pada subjek yang akan dikaji.
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat utama dalam pengumpulan data dan informasi bagi subjek yang diteliti. Metode ini biasanya menggunakan wawancara secara langsung kepada guru, siswa dan kepala sekolah agar bisa mendapatkan informasi terkait masalah yang dikaji.

3.4. Sumber Data
Data yang digunakan bersumber dari data primer yang diperoleh dari observasi secara langsung di lapangan dan wawancara dengan guru, kepala sekolah serta dari sumber buku- buku yang dianggap relevan dengan judul yang dikaji.

3.5. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul diperlukan kejelian untuk menganalisisnya. Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor- faktor, sifat- sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Moh. Nasir:1998).
Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Mengorganisasikan data sesuai dengan data yang diperoleh atau yang etlah dikumpulkan.
2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan komponen- komponen penilaian dalam pengucapan, lafal, intonasi, dan penjiwaan.
3. Hasil analisis diperoleh melalui instrumen yang diklasifikasikan ke dalam kategori baik, cukup, kurang, tepat dan tidak tepat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo.

Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Barat Kota Gorontalo didirikan pada tahun 1966 dan sampai saat ini masih melakukan fungsinya sebagai suatu lembaga pendidikan.
Bangunan sekolah ini mempunyai 9 ruangan yaitu 6 ruangan merupakan ruangan belajar siswa, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan UKS dan 1 ruangan guru.
Sekolah ini telah melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pendidikan terutama di masyarakat lingkungannya sehingga telah banyak melahirkan kader- kader bangsa dan tunas- tunas bangsa yang sudah terjun langsung ke masyarakat sebagai perwujudan atas pengabdian kepada nusa dan bangsa.

4.2. Keadaan Guru dan Siswa
4.2.1. Keadaan Guru
Dalam tabel di bawah ini merupakan keadaan guru Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo tahun 2008.
Tabel 1. Data Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo tahun 2008

NO NAMA JABATAN
1 YERNI HANGIO, S.Ag Kepsek/ Guru
2 SATRIA ANTULA A.Ma.Pd Wakasek 1/ Guru kelas
3 SERI NOHO Wakasek 2/ Guru kelas
4 Hj. SAKINA LAIYA, S.Pd.I Bendahara/ Guru kelas
5 FATMAH ANTULA Guru bidang studi
6 FATMA LAHATI Guru bidang studi
7 HARTIN DJUFRI Guru bidang studi
8 RAHMA B. DUTO, S.Pd.I Guru kelas
9 LINDA R. KATILI S.Pd Guru kelas
10 HASNAWATY ABDULLAH Guru kelas
11 MUSLI ISHAK Guru abdi
12 MUNANDAR DJ. B. ISHAK Guru abdi
13 UYUN HUSAIN Guru abdi
14 ARIS SULEMAN S.Pd.I Guru abdi
15 LIA MASTARIA POLAPA Guru abdi

4.2.2. Keadaan Siswa
Adapun jumlah siswa yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo adalah 143 orang yang diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo tahun 2008
KELAS LAKI- LAKI PEREMPUAN JUMLAH
I 24 11 35
II 12 18 30
III 11 15 26
IV 10 13 23
V 6 11 17
VI 6 6 12
JUMLAH 69 74 143
Tabel 3. Siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo tahun 2008
NO N A M A JENIS KELMIN

1 Andika Kunu L
2 Andi Rizki L
3 Firman L
4 Rifki Muhtar L
5 Husain Ismail L
6 Ikbal Pratama L
7 Ahmad Zakaria L
8 Ikram Ramanda L
9 Adit Rauf L
10 Rezki Musa L
11 Anggun Poliyama P
12 Desi Yanti P
13 Apriska P
14 Siti Rahmi P
15 Ria Novita Tahir P
16 Satria Rindang P
17 Israwati Mooduto P
18 Nurhalis Hasan P
19 Milan Dai P
20 Velan Valit P
21 Nisa Rahmat P
22 Puput Andriani P
23 Utami Putri P
JUMLAH 23 orang

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang keberhasilan khususnya dalam kemampuan membaca ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam membaca teks pidato di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat komponen- komponen dalam membaca teks pidato yakni pengucapan, lafal, intonasi, gaya dan penjiwaan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat dilihat kemampuan siswa dalam membaca teks pidato. Adapun kategori penilaian ini di fokuskan pada lima aspek penilaian yakni pengucapan, lafal, intonasi, gaya, dan penjiwaan dalam membaca sebuah teks pidato.
Aspek- aspek penilaian siswa tersebut antara lain:
a. Aspek penilaian siswa dalam pengucapan pada saat membaca sebuah teks pidato, terdapat 18 orang siswa yang termasuk dalam kategori baik, sedangkan yang cukup hanya ada 5 orang siswa, serta kategori kurang tidak ada.
b. Aspek pelafalan dalam membaca teks pidato terdapat 6 orang siswa yang termasuk dalam kategori penilaian tepat dalam melafalkan kata atau kalimat, sedangkan masih banyak yang termasuk dalam kategori kurang tepat yakni berjumlah 17 orang siswa.
c. Aspek penilaian dalam intonasi berjumlah 18 orang siswa yang sudah melakukannya dengan tepat, sedangkan yang kurang tepat hanya berjumlah 5 orang siswa.
d. Dalam aspek penilaian gaya membaca sebuah teks pidato terdapat 5 orang siswa yang sudah melakukannya dengan baik, sedangkan cukup terdapat 18 orang siswa, dan kurang tidak ada.
e. Kategori penilaian sudah baik dalam penjiwaan terdapat 5 orang siswa, sedangkan cukup berjumlah 16 orang siswa dan kurang ada 2 orang siswa.

Jadi berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca teks pidato khususnya pada kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I kota Gorontalo, belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum memperoleh hasil yang memadai dalam meningkatkan kemampuan membaca sebuah teks pidato. Oleh karena itu diharapkan kepada siswa agar dapat meningkatkan kemampuan membaca teks pidato agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kemampuan siswa dalam membaca teks pidato di fokuskan pada lima aspek penilaian yakni pengucapan, lafal, intonasi, gaya, dan penjiwaan sebuah. Aspek- aspek penilaian siswa tersebut antara lain aspek penilaian siswa dalam pengucapan pada saat membaca sebuah teks pidato Hasil peneltian menunjukkan bahwa setelah melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan membaca teks pidato oleh siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I Kota Gorontalo, yakni aspek- aspek penilaian siswa dalam pengucapan, pelafalan, intonasi, gaya, dan penjiwaan siswa dalam membaca teks pidato khususnya pada kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Dembe I kota Gorontalo, belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum memperoleh hasil yang memadai dalam meningkatkan kemampuan membaca sebuah teks pidato. Jadi hendaklah guru memberikan gambaran atau petunjuk serta dapat membimbing siswa tentang membaca teks pidato. Jadi hendaklah guru memberikan gambaran atau petunjuk serta dapat membimbing siswa tentang membaca teks pidato.


5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disarankan hal- hal sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks pidato hendaklah guru memberikan gambaran atau petunjuk serta dapat membimbing siawa tentang membaca teks pidato agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Diharapkan kepada siswa agar terus mengembangkan/ melatih diri dalam membaca teks pidato.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 1997. Tehnik Belajar Yang Tepat. Semarang: Mutiara Permata Widya Citrobarta

Evendhy Siregar, dkk. 1998. Teknik Berpidato. Jakarta: Sarana Aksara Pelita.

Hamalik Umar, 1995. Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Hagar, 1980. Pengertian Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Pateda Mansur dan Pulubuhu, 2003. Bahasa Indonesia. Gorontalo: Viladon.

Prof. W. James, Pengertian Berpidato (http/ www.geogle.com).

Robinson, 1997. Metode Membaca Buku. Jakarta: Depdikbud.

Simanjuntak, 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Slameto, 1992. Faktor Yang Mempengarui Cara Belajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sujana, 1989. Pengertian Belajar. Bandung: Tarsito.

Sukardi, 2000. Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar. Jakarta: Bina Aksara.

Ulit, 2008. Cara Belajar Efektif, http/www.geogle.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar